Rumahadat Tradisonal Daerah 26.Provinsi: Bulu Sulawesi: Londong, Tengah Mamuju Malluya, (SULTENG) Io-Io, Ibukota nya Ma'pararuk adalah Palu Tarian Tradisional : Tari Lumense, Tari Pule Cinde, Tari Torompio,Tari Dero Poso Rumah Adat Senjata Lagu 27.Provinsi: Rumah Tradisonal Daerah: Sulawesi: Tondok Tenggara Pewaris Pasatimpo Kadadingku
Berikutbeberapa tampilan dari rumah adat terpopuler yang ada di indonesia, seperti : kamu bisa melihat rumah adat ini di provinsi DKI jakarta. 3. Rumah adat Tongkonan. Berpindah pada rumah adat khas masyarkat toraja, yang bernama rumah adat tongkonan. Tongkonan itu sendiri berasal dari kata tongkon yang memiliki arti duduk bersama-sama.
Oleh: Noviola Esther – 2440022454 Gambar 1. Rumah Joglo (Rumah.com, 2021) Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang terletak di pulau Jawa dan memiliki luas wilayah sebesar 3,25 juta hektar yang juga meliputi kawasan Pulau Nusa Kambangan serta Kepulauan Karimun Jawa yang terletak di Laut Jawa, dan diperkirakan Jawa Tengah memiliki
RumahAdat Banjar awalnya bernama Rumah Bubungan Tinggi, dinamakan demikian karena bagian atapnya berbentuk atap pelana demikian tingginya dan lancip ke atas dengan membentuk sudut sekitar 45 Âş. Rumah adat Banjar pada mulanya hanyalah dibangun dengan kontruksi yang berbentuk segi empat yang memanjang ke depan. Perkembangan
Jikadilihat dari samping, rumah ini tampak seperti lipatan kebaya. Selain itu, rumah ini memiliki corak ornamen khas suku Betawi. Setiap struktur material bangunan berasal dari alam. Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tengah – Rumah Tambi. Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tengah – Rumah Tambi Itulah Rumah Adat dari 35 Provinsi di Indonesia
Apaitu rumah adat Kasepuhan? Rumah Kasepuhan Cirebon adalah salah satu rumah adat yang pertama kali dibuat pada sekitar tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana, yakni putra dari Prabu Siliwangi. Rumah Kasepuhan Cirebon memiliki desain yang sangat unik, mewah dan berbeda dari rumah adat yang berada di Jawa Barat lainnya.
. VIVA – Rumah adat 34 provinsi adalah sebuah bangunan yang dibuat dengan cara sama dari generasi ke generasi tanpa adanya perubahan. Rumah adat masih mempertahankan kegunaan, fungsi sosial, dan budaya di balik corak bangunannya. Setiap rumah adat di 34 provinsi memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing. Rumah ini bisa digunakan untuk hunian suatu suku bangsa atau menjadi tempat itu, karena negara Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta berada diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik menjadikan negara ini memiliki keanekaragaman suku bangsa, bahasa, dan adat kebiasaan. Itulah mengapa budaya yang muncul di setiap daerah berbeda-beda. Berbicara mengenai budaya Indonesia, tentunya sebagian besar dari kamu belum mengetahui rumah adat 34 provinsi. Seperti yang kita ketahui, rumah adat di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khasnya tersendiri yang membedakan dengan daerah lainnya. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa nenek moyang kita memiliki keahlian dalam bidang Adat 34 ProvinsiProvinsi Aceh Rumoh Aceh Rumoh Aceh rumah adat aceh Rumah adat dari Provinsi Aceh adalah Rumah Krong Bade atau yang lebih dikenal sebagai “Rumoh Aceh”. Salah satu ciri khas dari rumah ini terletak pada tangga bagian rumah. Tangga ini digunakan untuk pintu masuk para tamu atau orang yang tinggal di sana. Tangga ini memiliki tinggi sekitar sampai 3 meter dari permukaan itu, jumlah anak tangga rumah ini biasanya ganjil. Kemudian kamu juga bisa melihat dinding rumah dengan ukiran khas yang disesuaikan dengan tingkat ekonomi penghuninya. Bentuk rumah ini persegi panjang dari timur ke barat. Sedangkan untuk bagian atap menggunakan daun rumba. Bagian dalam rumah memilki tempat tersendiri seperti ruang santai, ruang inti, sampai Sumatera Utara Rumah Bolon Rumah adat Bolon Batak di Pulau Samosir Photo Widiarini Rumah Bolon adalah rumah khas suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Pada awalnya rumah ini digunakan untuk tempat tinggal 13 raja yang tinggal di Sumatera Utara. Selain itu, terdapat beberapa jenis rumah adat ini, mulai dari Bolon Toba, Bolon Karo, Bolok Pakpak, Bolon Angkola, dan Bolon adat ini memiliki bentuk persegi empat memanjang. Tinggi rumah dari permukaan tanah sekitar meter. Kemudian untuk masuk ke dalamnya, dilengkapi dengan tangga di badan rumah. Pada setiap sudut rumah ini dilengkapi dengan tiang-tiang kokok sebagai penopangnya. Sedangkan atapnya mirip dengan bentuk pelana kuda. Selain itu, di dalam rumah Bolon terdapat salah satu ruang jabu soding yang digunakan untuk anak Sumatera Barat Rumah Gadang Rumah Gadang Rumah adat 34 provinsi Sumatera Barat ini memiliki sebutan lain yaitu Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjung. Apabila kamu datang ke Sumatera Barat, kamu pasti menemukan rumah ini, tapi hanya ada di beberapa daerah saja. Rumah ini berbentuk persegi panjang dengan atap yang berbentuk seperti tanduk rumah ini terbuat dari ijuk, namun ketahanannya tidak perlu diragukan lagi. Biasanya hanya ada satu tangga dalam bangunan ini. Kemudian dinding rumah ini memakai ukiran-ukiran yang menghiasi supaya lebih indah dan sarat akan makna. Motif dari ukiran tersebut biasanya berbentuk bunga merambat, buah, atau Riau Rumah Melayu Selaso Rumah Adat Riau Photo Tangkapan Layar YouTube Terdapat hal menarik dari rumat adat Riau ini, yaitu memiliki ukiran yang menjadi ciri khasnya. Ukiran tersebut mengambil tema lebah bergayut, pucuk rebung, selembayung, dan lain-lain. Rumah ini juga sering disebut sebagai Rumah Selaso Jatuh Kembar. Fungsi rumah ini bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk adat Riau ini memiliki beberapa ruangan didalamnya yaitu ruang besar yang berfungsi untuk tempat tidur. Ruang anjungan, dapur, sampai ruang bersila. Sedangkan bentuknya adalah persegi panjang. Kemudian rumah ini dinamakan sebagai Selaso Jatuh Kembar karena memiliki bangunan yang lebih rendah daripada ruang Kepulauan Riau Rumah Belah Bubung Halaman Selanjutnya Rumah adat Kepulauan Riau adalah Belah Bubung, rumah ini berbentuk rumah panggung dengan rangka yang terbuat dari bubung atau bambu. Selain itu, rumah ini memakai desain yang tampak terbelah, kemudian pada dinding rumah terbuat dari papan kayu dan atapnya rumbia.
Rumah Adat – Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki keragaman budaya seperti pakaian, upacara adat, senjata, hingga rumah adat. Budaya di negara ini sangatlah banyak. Mengingat provinsi di Indonesia juga banyak. Itu mengapa, budaya yang muncul di setiap daerah pun juga berbeda-beda. Ya, memang tidak akan ada habisnya jika membicarakan keberagaman yang ada di negara ini. Faktanya, ibu pertiwi ini tidak hanya kaya akan budaya, tetapi kaya akan sumber daya alam dan bahasanya. Hal itulah yang membuat Indonesia menjadi negara yang tidak pernah sepi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Berbicara mengenai budaya, tentu sebagian besar dari Anda masih belum tahu betul tentang budaya di Indonesia, khususnya rumah adat. Oleh karenanya, Anda sangat disarankan untuk menyimak artikel ini hingga habis. Seperti yang diketahui, rumah – rumah adat di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dikarenakan setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan daerah lainnya. Rumah adat 34 Provinsi tersebut tidak hanya menjadi ikon dari suatu daerah atau provinsi saja, melainkan meyakinkan kepada penerus bangsa bahwa nenek moyang negara ini memiliki keahlian dalam bidang arsitek. Mereka juga tidak hanya mementingkan kegunaan rumah tersebut, tetapi nilai dan makna yang terkandung juga dipertimbangkan betul. Karena rumah tradisional ini adalah bagian dari Indonesia, wajib bagi kita mengetahuinya secara eksplisit. Mari simak pembahasannya sebagai berikut! 34 Rumah Adat Indonesia1. Rumah Adat Aceh Nanggroe Aceh Darussalam “Rumoh Aceh”.2. Rumah Adat Sumatera Utara “Bolon”.3. Rumah Adat Sumatera Barat “Bagonjong”.4. Rumah Adat Riau “Melayu Selaso”.5. Rumah Adat Kepulauan Rumah Adat Provinsi Jambi “Kajang Leko”.7. Rumah Adat Sumatera Selatan “Limas”.8. Rumah Adat Bangka Belitung “Rakit”.9. Rumah Adat Bengkulu “Bubungan Lima”.10. Rumah Adat Lampung “Nuwo Sesat”.11. Rumah Adat DKI Jakarta “Kebaya”.12. Rumah Adat Jawa Barat “Keraton Kasepuhan Cirebon”.13. Rumah Adat Banten “Badui”.14. Rumah Tradisional Jawa Tengah “Joglo”.15. Rumah Adat Daerah Istimewa Yogyakarta “Bangsal Kencono”.16. Rumah Tradisional Jawa Timur “Joglo Situbondo”.17. Rumah Tradisional Bali “Gapura”.18. Rumah Adat NTB Nusa Tenggara Barat “Dalam Loka”.19. Rumah Asal NTT Nusa Tenggara Timur “Musalaki”.20. Rumah Khas Kalimantan Barat “Panjang”.21. Rumah Daerah Kalimantan Tengah “Betang”.22. Rumah Adat Kalimantan Selatan “Baanjung”.23. Rumah Adat Kalimantan Timur “Lamin”.24. Rumah Adat Kalimantan Utara “Baloy”.25. Rumah Adat Sulawesi Utara “Pewaris”.26. Rumah Adat Sulawesi Barat “Boyang”.27. Rumah Adat Sulawesi Tengah “Tambi”.28. Rumah Adat Sulawesi Tenggara “Buton Malige”.29. Rumah Adat Sulawesi Selatan “Tongkonan”30. Rumah Daerah Gorontalo “Dulohupa”.31. Rumah Khas Adat Maluku “Baileo”.32. Rumah Tradisional Papua Barat “Mod Aki Aksa”.33. Rumah Adat Maluku Utara “Sasadu”. 34 Rumah Adat Indonesia 1. Rumah Adat Aceh Nanggroe Aceh Darussalam “Rumoh Aceh”. wikipedia Rumah tradisional dari NAD atau Nanggroe Aceh Darussalam adalah Rumah Krong Bade dengan sebutan lainnya yaitu “Rumoh Aceh”. Salah satu ciri khas dari rumah adat Aceh adalah ada pada tangganya yang terdapat tiga tangga pada bagian depan rumah. Gunanya adalah untuk pintu masuk para tamu dan orang yang tinggal di sana. Tangga tersebut memiliki tinggi sekitaran hingga 3 meteran dari tanah. Jumlah anak tangganya pun umumnya ganjil. Jika dilihat pada dindingnya, terdapat ukiran khas yang disesuaikan dengan tingkat ekonomi penghuninya. Bentuk dari rumah adat Indonesia asal Aceh ini persegi panjang yang mana memanjang dari timur ke barat. Sedangkan, pada atapnya hanya menggunakan daun rumba saja. Setiap bagian memiliki fungsi sendiri-sendiri. Mulai dari tempat santai, ruang inti sampai gudang. Sekarang, rumah tradisional ini sudah sangat langka karena perkembangan zaman yang pesat. 2. Rumah Adat Sumatera Utara “Bolon”. Rumah Adat Bolon merupakan rumah khas suku Batak yang mana berasal dari Sumatra Utara. Dulunya, rumah adat Sumatera Utara merupakan tempat tinggal 13 raja yang berdomisili di Sumatra Utara. Beberapa nama raja tersebut adalah Raja Nagaraja, Raja Atian, Raja Mogam, dan lainnya. Ada beberapa jenis yang dimiliki oleh rumah tradisional Sumut ini. Beberapa jenisnya antara lain Bolon Toba, Rumah Bolon Karo, Rumah Bolon Pakpak, Rumah Bolon Angkola, Rumah Bolon Toba, dan Rumah Bolon Simalungun. Rumah adat Sumatera Utara berbentuk persegi empat dengan model panggung. Tingginya dari tanah sekiya meteran. Terdapat tangga di tengah badan rumah yang fungsinya untuk memudahkan masuk ke dalam rumah. Di tiap sudut rumah terdapat tiang-tiang sebagai penopang rumah. Sedangkan atapnya tampak seperti bentuk pelana kuda. Ada beberapa ruang yang memiliki fungsi masing-masing, salah satunya adalah ruang jabu soding yang khusus untuk anak perempuan. 3. Rumah Adat Sumatera Barat “Bagonjong”. Rumah khas Sumatra Barat ini memiliki sebutan lain, yakni “Rumah Bagonjong. Namun, masyarakat setempat biasa menyebutnya “Rumah Baanjung”. Jika Anda datang ke Sumbar, Anda pasti akan menemukan banyak rumah semacam ini, tetapi hanya di beberapa daerah khusus. Rumah adat Sumatera Barat memiliki bentuk persegi panjang yang atapnya mirip seperti tanduk kerbau. Atapnya hanya terbuat dari ijuk , tetapi ketahanan nya tidak perlu diragukan. Umumnya, hanya ada satu tangga yang dimiliki oleh bangunan ini. Pada dindingnya, terdapat ukiran-ukiran yang menghiasi rumah tersebut. Motifnya biasa mengusung tema tumbuhan merambat, bunga, buah, hingga akar berdaun. 4. Rumah Adat Riau “Melayu Selaso”. Rumah tradisional khas provinsi Riau adalah Rumah Melayu Selaso. Ada hal yang menarik dari rumah Adat Riau yaitu memiliki ukiran yang menjadi ciri khasnya. Ukiran di dalam rumah mengambil dari tema alam yaitu lebah bergayut, pucuk rebung, selembayung, dan lain sebagainya. Nama lain dari rumah daerah Riau adalah Rumah Selaso Jatuh Kembar. Fungsinya bukanlah untuk ditinggali melainkan untuk tempat musyawarah. Orang-orang sekitar biasa menyebutnya dengan sebutan Balai Salaso Jatuh. Ada beberapa ruangan yang ada di rumah asal Riau, ruangan tersebut di antaranya ruang besar yang berfungsi untuk tempat tidur. Ada ruangan lainnya seperti ruangan anjungan, dapur, hingga ruangan bersila. Sedangkan bentuk dari rumah tradisional Riau adalah persegi panjang. Apa ciri khas rumah adat Riau? Ia memiliki bangunan yang lebih rendah daripada ruang tengahnya. Itu mengapa, rumah ini memiliki sebutan Rumah Selaso Jatuh Kembar. 5. Rumah Adat Kepulauan Riau. Rumah tradisional Kepulauan Riau sama dengan rumah tradisional Riau, yaitu Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar. Fungsinya sama-sama bukan untuk tempat tinggal, melainkan tempat musyawarah ataupun rapat untuk kepentingan warga. Beberapa macam nama yang dimiliki oleh rumah ini antara lain Balairung Sari, Balai Kerapatan, Balai Pengobatan, dan lainnya. Jika Anda datang ke Kepulauan Riau, Anda akan mendapati rumah adat Kepulauan Riau hanya beberapa saja di sana. Mengapa? Karena sekarang ini kegiatan musyawarah bisa dilakukan di mana saja. Seperti halnya musyawarah di rumah penghulu dan musyawarah keagamaan di masjid. Ruangan-ruangan yang terdapat di rumah ini antara lain ruang tidur, ruang anjungan, ruang bersila, dan lainnya. 6. Rumah Adat Provinsi Jambi “Kajang Leko”. Orang mengenalnya dengan sebutan Rumah Panggung Jambi. Ya, rumah Panggung tidak hanya dikenal dengan sebutan itu, tetapi sebutan lain seperti Kajang Leko. Material yang digunakan untuk membuat rumah ini adalah kayu. Ada 8 ruangan yang terdapat di rumah ini. Ruang pertama disebut dengan “jogan”. Fungsi ruangan ini adalah untuk tempat beristirahat dan tempat penyimpanan air. Ruang kedua yaitu serambi depan. Fungsinya untuk menerima tamu khusus laki-laki. Ruang ketiga yaitu serambi dalam yang fungsi nya untuk tempat tidur anak laki-laki. Ruang selanjutnya yaitu “amben melintang” yang fungsinya untuk kamar pengantin. Ruang selanjutnya yaitu serambi belakang yang fungsinya untuk tempat tidur anak perempuan yang belum menikah. Ruang selanjutnya berfungsi untuk tempat menerima tamu perempuan. Ruang selanjutnya disebut “garang” untuk ruang dan tempat penyimpanan air juga. Ruang terakhir yaitu dapur untuk memasak. 7. Rumah Adat Sumatera Selatan “Limas”. kangapip Sesuai dengan namanya, rumah dari provinsi Sumatera Selatan ini memiliki bentuk limas. Ada filosofi budaya pada tingkatan bangunannya, Tingkatan itu biasa dikenal dengan “bengkilas” oleh masyarakat. Untuk para tamu yang datang ke sana, akan diminta untuk singgah di teras atau ruangan atas. Bukan mengapa, itu memang tradisi warga setempat. Di sini, Anda tidak hanya bisa merasakan nuansa budaya setempat, tetapi juga nuansa budaya Palembang yang tampak pada ukiran dindingnya. Di rumah ini, terdapat 5 ruangan yang oleh warga setempat disebut dengan “kekijing”. Apa maksud dari lima ruangan itu? Ternyata, lima ruangan itu adalah simbol dari lima jenjang kehidupan manusia. Jenjang yang dimaksud adalah usia, bakat, jenis, pangkat, dan martabat. Tentu, pada tiap tingkatan memiliki detail yang berbeda-beda. Seperti halnya ruangan pada tingkat pertama yang disebut “pagar tenggalung”. Tidak ada dinding pembatas. Ruangan ini menyuguhkan nuansa santai karena biasa digunakan untuk menerima tamu. Selain ruangan tersebut masih ada lainnya juga. 8. Rumah Adat Bangka Belitung “Rakit”. Rumah khas Bangka Belitung disebut dengan Rumah Rakit Limas. Ada tiga jenis dari rumah adat Bangka Belitung, yakni Rumah Rakit, Rumah Limas, serta Rumah Panggung. Ketiganya memiliki sentuhan adat melayu pada arsitekturnya. Saat ini, rumah Rakit banyak dibangun di pinggir sungai Musi, yang mana ditempati oleh orang keturunan Tionghoa. Banyak yang menganggap bahwa bangunan ini sudah ada pada zaman kerajaan Sriwijaya. Cikal bakalnya dimulai dari Rumah Rakit yang ada di Sumatera Selatan. Selanjutnya, rumah tradisional tersebut akhirnya dikenal sebagai rumah khas Bangka Belitung. Rumah Rakit ini terbuat dari material bambu. Namun, bukan sembarang bambu yang digunakan. Bambu yang digunakan adalah bambu Manyan yang memiliki ukuran besar dan ketahanan nya jangan diragukan. Sedangkan rumah Limas memiliki nilai tertentu yaitu mencerminkan status sosial pemilik rumah. Hal ini dikarenakan pemilik rumah tersebut umumnya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, saudagar kaya, atau pejabat pemerintahan Hindia Belanda. 9. Rumah Adat Bengkulu “Bubungan Lima”. celticstown Sama seperti rumah panggung, Rumah Bubungan Lima ini ditopang oleh tiang-tiang pada bagian penopang nya. Tidak seperti rumah tinggal pada umumnya, biasanya cenderung digunakan untuk tempat acara masyarakat Bengkulu. Ada tiga bagian pada rumah ini, yaitu bagian atas, tengah, dan bawah. Setiap bagian memiliki fungsinya masing-masing. Material utama yang digunakan untuk membangun adalah kayu. Namun, kayu yang digunakan juga bukan kayu sembarangan. Kayu tersebut adalah Kayu Medang Kemuning yang dianggap memiliki kualitas khusus. Setiap orang yang ingin bertamu di sana, diharuskan untuk menggunakan tangga untuk memasuki rumah ini. Saat ini, rumah ini tidak hanya dijadikan sebagai aset nenek moyang, melainkan juga objek wisata budaya di Bengkulu. 10. Rumah Adat Lampung “Nuwo Sesat”. infolpg Lampung memiliki rumah tradisional yang dinamakan dengan Nuwo Sesat. Rumah ini dibangun untuk dijadikan tempat pertemuan adat bagi penyimbang purwatin untuk musyawarah. Rumah ini memiliki ciri khas pada bentuknya. Bentuk rumah daerah Lampung adalah panggung. Pada sisi bangunannya, terdapat ornamen yang dianggap khas dan berbeda. Rumah adat Indonesia asal Lampung ini umumnya berukuran sangat besar. Namun, jika Anda ke Lampung untuk menjumpai rumah ini, Anda mungkin sedikit terkejut karena kebanyakan di zaman sekarang ini ukurannya cenderung lebih kecil daripada ukuran aslinya. 11. Rumah Adat DKI Jakarta “Kebaya”. Rumah adat Kebaya adalah rumah tradisional khas Provinsi DKI Jakarta. Rumah adat Ibukota Indonesia ini memiliki ciri khas yang membedakannya dengan rumah tradisional lainnya. Ciri khasnya ada pada atapnya. Atapnya memiliki bentuk yang menyerupai pelana yang terlipat. Jika dilihat dari sisi samping, akan tampak ada lipatan-lipatan kebaya. Untuk corak ornamen nya, ia mengusung tema corak khas suku betawi. Rumah Kebaya ini disebut sebagai bagian dari keraton Cirebon. Rumah adat Betawi masih terlihat bagus walaupun usianya sudah sangat tua. Hal ini dikarenakan warga sekitar sangat telaten dalam merawatnya. 12. Rumah Adat Jawa Barat “Keraton Kasepuhan Cirebon”. tribunnews Rumah adat Indonesia asal provisi Jawa Barat ini ternyata memiliki nama lain Keraton Kasepuhan Cirebon. Rumah adat Jawa Barat berdiri pada tahun 1529 yang mana pendirinya adalah Pangeran Cakrabuana. Perlu Anda ketahui, sebenarnya, rumah tradisional ini merupakan perluasan dari keraton sebelumnya yang bernama Keraton Pakungwati. Jika Anda datang berkunjung ke tempat ini, Anda akan disambut oleh pintu gerbang utama keraton yang cukup unik. Lalu, ketika Anda masuk ke dalam gerbang, Anda akan mendapati kreteg pangrawitan dan barulah Anda bisa menyaksikan keraton ini. Ada 2 halaman yang bisa Anda kunjungi, yaitu halaman pertama dan halaman kedua. Untuk bisa menyaksikan dan menikmati suasananya di sana, Anda hanya perlu berkeliling-keliling sesuai rute yang dipandukan. 13. Rumah Adat Banten “Badui”. Mungkin sebagian besar dari Anda sudah pernah mendengar rumah tradisional ini. Ya, rumah Badui merupakan rumah tradisional yang berasal dari provinsi Banten yang mana penghuninya adalah suku Badui. Suku Badui adalah suatu kelompok etnis asli Banten yang berdomisili di Kabupaten Lebak, Banten. Rumah ini berbentuk Julang Ngapak, sebutan yang diberikan oleh masyarakat setempat. Umumnya, bentuknya dibuat seperti rumah panggung dengan bahan bambu. Apa simbol dari rumah Badui ini? Rumah ini adalah simbol daripada kesederhanaan masyarakat setempat. Fungsi dibuatnya rumah ini tertentunya untuk tempat berlindung dan mendapatkan kenyamanan. Selain sederhana, suku Badui juga terkenal dengan kekeluargaan yang kental. Hal ini dikarenakan, untuk bisa membuatnya mereka harus saling bergotong-royong bersama. Rumah ini sendiri memiliki tiga bagian utama yaitu sosoro depan, tepas tengah, dan imah belakang. Masing-masing bagian memiliki fungsinya sendiri. 14. Rumah Tradisional Jawa Tengah “Joglo”. Rumah adat dari Jawa Tengah adalah Joglo, nama ini sangat terkenal dan mungkin setiap orang mengetahuinya. Ada beberapa ruangan yang dimiliki oleh ruangan ini. Ruangan depan disebut dengan pendopo. Ruangan ini memilki fungsi sebagai tempat menerima tamu bagi para tamu yang datang ke sana. Ciri khas dari sala satu rumah adat Indonesia ini sendiri ada pada corak ornamen nya. Corak ornamen rumah ini memiliki sentuhan kejawaan. Pantas saja, karena sentuhan tersebut mengambil tema budaya suku Jawa yang dapat dilihat dari bagian-bagian sisi rumah ini. 15. Rumah Adat Daerah Istimewa Yogyakarta “Bangsal Kencono”. thegorbalsla Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki rumah tradisional yang dinamakan Rumah Bangsal Kencono, Rumah Joglo. Rumah Joglo merupakan rumah adat Indonesia yang populer dengan sebutan tempat tinggal Raja. Jika dilihat dari arsitekturnya sekilas, ia memiliki bentuk hampir mirip dengan rumah Joglo. Perbedaannya, rumah tradisional ini lebih luas, lebar, dan juga besar. Mungkin, jika Anda ke sana, Anda akan merasakan nuansa negara lain. Ya, arsitektur dari bangunan ini memang dipengaruhi oleh gaya bangunan Portugis, Belanda, dan Cina. Namun, jika dirasakan lagi, desainnya lebih cenderung memiliki sentuhan adat Jawa. Sentuhan Jawa dapat terlihat jelas pada ukiran-ukiran pada tiang, atap, dan dinding bangunannya. Material yang digunakan untuk atap adalah genting sirap atau tanah. Dindingnya terbuat dari kayu yang tentunya memiliki kualitas yang tinggi. Warna tiangnya umumnya hijau tua atau hitam. Tiang itu dijadikan penompang pada umpak batu yang memiliki warna keemasan. 16. Rumah Tradisional Jawa Timur “Joglo Situbondo”. Rumah adat Indonesia dari Provinsi Jawa Timur ini umumnya hanya dikenal dengan sebutan Rumah Joglo. Padahal, banya yang menyebut juga dengan nama Rumah Joglo Sitobondo. Jadi, rumah tradisional ini berbeda dengan Rumah Joglo asal Jawa Tengah walaupun pada beberapa bagian, mereka memiliki kemiripan. Rumah adat Jawa Timur dibangun untuk dua fungsi yaitu tempat tinggal dan beberapa untuk peninggalan bersejarah. Ya, ini merupakan salah satu situs bersejarah peninggalan nenek moyang yang dulunya tinggal di Jawa Timur. Nuansa sejarahnya terlihat jelas pada bentuk dan juga tata ruang rumah Joglo ini. Ciri khas dari rumah daerah Indonesia timur ada pada kesederhanaan ukiran dan bentuknya. Walaupun sederhana, rumah tradisional ini memiliki makna seni yang tinggi seperti rumah tradisional lainnya. Bentuknya sendiri adalah limas atau dara gepak. Persis seperti namanya, rumah ini ditemukan di wilayah Situbondo, Jawa Timur. Salah satu daerah yang juga banyak ditemukan adalah di daerah Ponorogo. 17. Rumah Tradisional Bali “Gapura”. Sesuai dengan namanya, Rumah Gapura, rumah ini sebenarnya adalah sebuah bangunan yang dijadikan gerbang rumah-rumah tradisional Bali. Gapura itu memiliki dua buah candi yang memiliki bentuk serupa yang berfungsi untuk membatasi sisi kanan dan sisi kiri pintu masuk ke daerah pekarangan. Keduanya saling berpisah karena tidak memiliki atap. Bentuk dari rumah tradisional ini sendiri adalah gapura atau dua buah candi yang terpisah yang menimbulkan bentuk simetri. Candi ini selalu menduduki posisi luar dari puri maupun pura. Ya, dia adalah bangunan penyambut bagi mereka yang datang ke puri tersebut. 18. Rumah Adat NTB Nusa Tenggara Barat “Dalam Loka”. Nama dari rumah Dalam Loka ini terpecah menjadi dua kata yaitu “Dalam” yang artinya “istana”, dan “Loka” yang artinya “Dunia”. Nama rumah daerah Nusa Tenggara Barat disesuaikan dengan fungsinya yaitu sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja-raja Sumbawa pada zaman dulu. Ukurannya cukup besar yang mana bangunannya ditopang oleh 99 tiang. 99 tiang ini memiliki filosofi sebagai lambang sifat Allah Asmaul Husna dalam Islam. Ada banyak ruangan yang didapati, beberapa ruangan yang ada di sana antara lain Lunyuk Agung, Lunyuk Mas, Ruang Dalam, Ruang Sidang, Kamar mandi, dan lainnya. Masing-masing ruangan memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Seperti pada Ruang Lunyuk Agung yang berfungsi sebagai tempat musyawarah, acara pertemuan adat, keagamaan, dan resepsi. 19. Rumah Asal NTT Nusa Tenggara Timur “Musalaki”. Rumah Musalaki merupakan rumah tradisional yang sering dijumpai di provinsi Nusa Tenggara Timur. Rumah Musalaki didirikan untuk dijadikan tempat tinggal bagi kepala suku di sana. Suku yang dimaksud umumnya merujuk kepada suku Ende Lio yang merupakan pemilik aslinya. Bisa dikatakan bahwa rumah ini adalah lambang dari Provinsi NTT. Itu mengapa, selain difungsikan untuk tempat tinggal, selain itu juga difungsikan untuk kegiatan musyawarah adat, tempat ritual upacara adat, dan lain sebagainya. Rumah Adat Indonesia dari Nusa Tenggara Timur ini memiliki arsitektur yang dibedakan menjadi bagian atas dan bawah. Pada bagian atas terdapat Struktur Wisu dan Atap. Sedangkan, pada bagian bawah terdapat struktur Pondasi Kuwu Lewa dan Maga. Masing-masing struktur memiliki detail yang berbeda-beda. Seperti pada struktur Maga yang terbuat dari bilah papan yang tersusun sejajar dengan sistemnya yang satu arah. 20. Rumah Khas Kalimantan Barat “Panjang”. Ukuran Rumah asli Kalimantan yang cukup besar yang mana terdiri dari bangunan atas dan bawah. Anda akan merasa kagum ketika datang ke Kalimantan Barat untuk melihat bangunan ini. Ya, desainnya sangatlah keren, Nuansa modern dan tradisional seakan menyatu pada rumah ini sehingga tidak dapat didiskripsikan dengan kata-kata. Ciri khas dari rumah Panjang sendiri ada pada curak dan arsitekturnya. Pembangunnya mengambil tema budaya Suku Dayak untuk sentuhan desain nya. Sentuhan itu dapat Anda ketahui dari bagian-bagian sisi bangunan dari rumah ini. 21. Rumah Daerah Kalimantan Tengah “Betang”. Rumah khas Provinsi Kalimantan Tengah ini dihuni oleh masyarakat suku Dayak. Pusatnya berada di daerah hulu sungai sehingga jika Anda ingin mengetahui perkampungannya secara langsung, Anda bisa datang ke tempat ini. Bentuknya adalah panggung dan memanjang. Panjang bangunannya berkisar antara 30 hingga 150 meter. Sedangkan, untuk lebarnya bisa mencapai 3 hingga 5 meteran. Setiap rumah Betang umumnya dihuni oleh 100 hingga 150 jiwa. Cukup banyak, ya? Ya, itu mengapa rumah ini juga disebut sebagai rumah suku karena terdapat sekian jiwa bersama pemimpinnya yang menghuni tempat ini. Dalam pembangunannya, para suku Dayak biasanya memiliki beberapa persyaratan khusus. Persyaratan pertama, hulu harus searah dengan matahari terbit, sedangkan hilirnya mengarah ke matahari terbenam. Ini adalah sebuah simbol yang menggambarkan kerja keras mereka dalam mempertahankan hidup. Beberapa nilai budaya yang ada pada rumah ini terdiri dari makna kehidupan, pekerjaan, amal perbuatan, dan lainnya. 22. Rumah Adat Kalimantan Selatan “Baanjung”. Perlu Anda ketahui, rumah tradisional ini adalah salah satu jenis dari Rumah Baanjung khas suku Banjar. Rumah tradisional Kalimantan Selatan sangat populer di sana, sehingga orang menyebutnya sebagai ikon dari Rumah Banjar. Modelnya hampir mirip dengan Rumah Bapang, Rumah Tradisional Betawi. Namun bedanya, rumah Bunbungan dibuat dengan gaya panggung yang memiliki anjung pada kanan dan kiri bangunannya. Ada beberapa ciri dari rumah ini. Pertama, atap berbentuk sindang langit tanpa disertai plafon. Keuda, tangganya naik dan berjumlah ganjil. Terakhir, pada pamedangan nya terdapat lapangan yang mengelilingi dengan Kandang Rasi berukir. 23. Rumah Adat Kalimantan Timur “Lamin”. Rumah Lamin asli Kalimantan Timur ini dianggap sebagai identitas dari masyarakat suku Dayak yang tinggal di Kalimantan Timur. Panjang bangunannya mencapai 300 meteran, lebar 15 meteran, dan tinggi 3 meteran. Selain sebutan Rumah Lamin, biasanya orang-orang sekitar menyebutnya dengan rumah panggung panjang. Ukuran bangunannya cukup besar sehingga mampu menampung 12 hingga 30 keluarga yang jika dijumlahkan bisa mencapai 100 jiwa. Rumah adat Indonesia asal Kaltim ini memiliki ciri khas yang mudah sehingga dapat dengan langsung dikenali oleh orang. Ada banyak ukiran dan gambar-gambar yang masing-masing memiliki makna bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Mereka beranggapan bahwa ukiran dan gambar tersebut berfungsi untuk menjaga keluarga mereka dari marabahaya. Sedangkan, warna khasnya adalah kuning dan hitam serta warna lainnya yang juga memiliki makna. Seperti pada kuning yang bermakna kewibawaan. 24. Rumah Adat Kalimantan Utara “Baloy”. Rumah khas Kalimantan Utara disebut dengan Rumah Baloy. Rumah ini memiliki desain yang unik dan terinspirasi dari rumah tradisional suku tidung yang ada di sana. Jadi, jika Anda bandingkan, mungkin keduanya hampir memiliki kesamaan. Ciri khas dari salah satu Rumah dearah khas Indonesia ini sendiri ada pada arsitekturnya. Arsitektur rumah tradisional ini dianggap lebih bagus dan indah dibandingkan dengan rumah tradisional lain yang ada di Kalimantan. Itu mengapa, rumah ini sudah dikatakan salah satu aset sejarah yang wajib dikunjungi ketika wisatawan datang ke Kalimantan Utara. 25. Rumah Adat Sulawesi Utara “Pewaris”. Rumah khas Sulawesi Selatan disebut dengan Rumah Pewaris. Perlu Anda ketahui, rumah ini adalah rumah yang dibangun oleh suku asli yang berdomisili di Sulawesi Utara. Nama suku itu adalah Suku Minahasa. Rumah adat Indonesia dari Sulsel mempunyai ciri khas pada bentuknya. Bentuknya dibuat dengan gaya panggung yang mana terdapat dua tangga pada bagian depan rumah. Material yang digunakan untuk membuat rumah ini adalah kayu. Tentu, kayu yang digunakan memiliki kualitas yang bagus dan tahan lama. Atapnya berbentuk limas yang menjulang ke atas dengan pada bagian atas depan terdapat ukiran yang unik. 26. Rumah Adat Sulawesi Barat “Boyang”. Rumah tradisional khas Sulawesi Barat dinamakan Rumah Boyang. Rumah ini terbilang unik jika dilihat dari luar. Beberapa orang menyebutnya dengan sebutan Rumah Mandar. Ya, hal ini dikarenakan penghuni asli dari rumah ini suku Mandar yang disebut-sebut sebagai suku etnis asli Sulawesi Barat. Pada sisi depan maupun belakang, terdapat tangga yang memiliki jumlah ganjil pada anak tangganya. Dindingnya terbuat dari papan yang dihiasi ukiran dan motif yang menjadikannya sebagai ciri khas dari suku Mandar. Sedangkan, atapnya terbuat dari daun rumbia yang ditambahkan ornament tertentu. Bentuk atapnya prima dan memanjang. Fungsi dari rumah ini adalah untuk tempat tinggal suku Mandar. Rumah ini memiliki beberapa ruangan khusus. Beberapa ruangan itu di antaranya Ruang Samboyang, Tangnga Boyang, Bu’i Boyang, Paceko, Tapang, Lego-lego, Naong Boyang, dan lainnya. Masing-masing ruangan memiliki fungsi sendiri seperti ruang Samboyang untuk menerima tamu. 27. Rumah Adat Sulawesi Tengah “Tambi”. Rumah tradisional khas Sulawesi Tengah dinamakan Rumah Tambi. Rumah ini adalah rumah yang khusus dihuni oleh suku Lore dan suku Kali yang merupakan mayoritas masyarakat di sana. Rumah ini juga disebut sebagai rumah untuk kepala adat. Namun, penduduk biasa pun juga tinggal di rumah ini. Perbedaan dari keduanya adalah rumah khusus kepala adat memiliki anak tangga yang ganjil, sedangkan untuk penduduk biasa berjumlah genap. Bentuknya adalah panggung, yang mana atap rumahnya difungsikan sebagai atap sekaligus dinding. Pondasi rumah ini adalah batu alam, sedangkan tangganya terbuat dari bambu dan daun rumba. Perlu Anda ketahui, bentuk dari rumah ini memiliki makna sendiri. Bentuk segitiga yang ada merupakan simbol yang melambangkan dua relasi antara horizontal dan vertikal. Garis horizontal memiliki makna relasi antar manusia. Sedangkan, vertikal bermakna hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. 28. Rumah Adat Sulawesi Tenggara “Buton Malige”. Rumah daerah Buton Malige adalah rumah yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Rumah ini memiliki bentuk yang unik. Anak tangganya ditutup oleh atap yang mana tidak biasa. Ciri khasnya yaitu karakteristik dari arsitekturnya. Arsitekturnya memang dibuat seunik mungkin agar mudah dikenal oleh masyarakat lainnya. Ada empat lantai yang ada pada rumah ini yang mana nya memiliki kerumitan dalam pembuatannya. Empat lantai itu dibuat dengan menggunakan teknik kontruksi kayu yang dikait tanpa menggunakan pasak dan paku. Sangat unik, bukan? 29. Rumah Adat Sulawesi Selatan “Tongkonan” wikipedia Rumah tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan disebut dengan Rumah Tongkonan. Rumah ini memiliki desain dan arsitektur unik. Tentu, bagi Anda yang datang kesana akan merasa takjub. Karakteristik rumah ini ada pada atapnya yang dibuat berbeda dengan rumah tradisional daerah lainnya. Bentuk atapnya sangat unik. Bagaimana tidak? Atap rumah ini berbentuk seperti perahu. Tentu dalam pembuatannya, dibutuhkan teknik yang khusus dan teliti. Rumah ini terbuat dari material kayu seperti kebanyakan rumah tradisional lainnya. Pada bagian depan, terdapat hiasan tanduk kerbau sebagai ciri khasnya juga. 30. Rumah Daerah Gorontalo “Dulohupa”. Rumah tradisional khas Provinsi Gorontalo dinamakan Rumah Dolohupa. Jika dilihat sekilas, rumah ini seakan perpaduan antara gaya modern dan klasik. Gayanya adalah panggung dengan dua tangga di sisi kanan dan kiri pada bagian depan. Rumah ini terbuat dari kayu yang berkualitas dan tahan. Ciri khasnya terdapat pada atap yang memiliki estetika yang tinggi. Bentuknya simple tetapi tampak elegan. Rumah ini berdiri kokoh dengan sokongan tiang-tiang yang juga ditata rapi untuk menimbulkan estetika khas. 31. Rumah Khas Adat Maluku “Baileo”. wikipedia Rumah Baileo adalah rumah adat Indonesia yang berasal dari provinsi Maluku. Perlu Anda ketahui bah rumah Baileo memiliki simbol tertentu. Simbol tersebut melambangkan sebuah kemajemukan agama di daerah Maluku. Bentuknya juga unik, dibuat panggung dengan atap yang hampir memenuhi bagian bawah. Atapnya terbuat dari daun rumbai dan bambu yang ditata rapi. Rumah Adat Maluku memiliki ukuran yang cukup besar karena fungsinya bukan sebagai tempat tinggal, tetapi untuk musyawarah atau acara. Walaupun tempat ini untuk acara tertentu, ternyata ia memiliki ruangan khusus untuk penyimpanan benda pusaka suci. Itulah yang juga membuatnya unik. 32. Rumah Tradisional Papua Barat “Mod Aki Aksa”. Rumah tradisional khas Papua Barat bernama Rumah Mod Aki Aksa. Suku yang bertempat tinggal di rumah ini adalah Suku Arfak, lokasinya berada di daerah manokwari. Keunikannnya adalah rumah Mod Aki Aksa ini mempunyai seribu penyangga dan berbentuk panggung. Sehingga banyak orang yang juga menyebutnya dengan rumah kaki seribu. Bahannya dari pohon pohon yang berada di alam sekitar, desainnya cocok untuk lingkungan Papua yang dataran tinggi dan mempunyai temperatur rendah. 33. Honai. wikipedia Rumah adat Indonesia terakhir adalah Rumah Honai yang berasal dari Provinsi Papua. Ya, seperti halnya Papua Barat, Papua juga memiliki rumah yang bernama Rumah Honai. Rumah ini disebut-sebut sebagai peninggalan nenek moyang yang sudah langka. Pada kenyataannya, banyak rumah ini yang sudah tidak terawat lagi. Padahal rumah ini dibuat pasti dengan tujuan khusus dari pendirinya. Walaupun tampaknya simple, rumah ini sangatlah unik. Terlihat walaupun hanya menggunakan daun rumbai dan kayu saja, ada estetika tersendiri. Itu mengapa, kita sebagai generasi penerus bangsa, seyogianya menjaga kelestariannya dan merawatnya agar tetap bisa dikenal oleh anak cucu. 34. Rumah Adat Maluku Utara “Sasadu”. Untuk rumah daerah Maluku Utara adalah Sasadu, tipenya rumah panggung dengan keunikan jumlah pintu yang ada sebanyak 6 pintu dengan fungsi yang berbeda beda. 2 pintu digunakan khusus untuk kaum laki laki, kemudian 2 pintu selanjutnya khusus untuk kaum perempuan dan sisa 2 pintu digunakan untuk kedatangan para tamu. Jika dilihat dari jumlah pintu, maka rumah Sasadu ini merupakan rumah adat Indonesia yang mempunyai pintu terbanyak dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Indonesia. Demikian adalah pembahasan mengenai rumah adat 34 provinsi di Indonesia. Dari ulasan di atas, kita mengetahui bahwa rumah tradisional di Indonesia sangatlah beragam. Itu mengapa, kita sebagai generasi mudah seharusnya bangga dengan kebudayaan nusantara ini. Jika bukan kita yang melestarikan budaya Indonesia, siapa lagi? Apakah kita membiarkan kebudayaan itu punah? Tidak, bukan?
Pengertian Rumah Adat Rumah adat adalah bangunan yang memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat hunia oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat juga salah satu representasi kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat. Keberadaan rumah adat di Indonesia sangat beragam dan mempunyai arti yang penting dalam perspektif sejarah, warisan dan kemajuan masyarakat dalam sebuah peradaban. Rumah-rumah adat di Indonesia mempunyai bentuk dan arsitektur masing-masing daerah sesuai dengan budaya adat lokal. Rumah adat pada umumnya dihiasai ukiran-ukiran indah, pada jaman dulu, rumah adat yang tampak paling indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat menggunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional melibatkan tenaga ahli dibidangnya, banyak rumah-rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol budaya Indonesia. Fungsi Rumah Adat Rumah gadang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat acara adat, ukuran ruang tergantung dari banyaknya penghuni di rumah itu. Namun jumlah ruangan biasanya ganjil, seperti lima ruang, tujuh, sembilan atau lebih. Sebagai tempat tinggal, rumah gadang mempunyai bilik-bilik dibagian belakang yang didiami oleh wanita yang sudah berkeluarga, ibu-ibu, nenek-nenek dan anak-anak. Fungsi rumah gadang yang juga penting ialah sebagai iringan adat, seperti menetapkan adat atau tempat melaksanakan acara seremonial adat seperti kematian, kelahiran, perkawinan, mengadakan acara kebesaran adat, tempat mufakat dan lain-lain. Perbandingan ruang tempat tidur dengan ruang umum ialah sepertiga untuk tempat tidur dan dua pertiga untuk kepentingan umum. Pemberian ini memberi makna bahwa kepentingan umum lebih diutamakan dari pada kepentingan pribadi. Rumah Adat Di Indonesia Berikut ini terdapat beberapa rumah adat di indonesia di 34 provinsi, terdiri atas 1. Rumah Gadang Sumatra Barat Rumah adat provinsi Sumatra Barat disebut Rumah Gadang. Rumah tersebut dapat dikenali dari tonjalan atapnya yang mencuat ke atas yang bermakna menjurus kepada Yang Maha Esa. Tonjolan itu di namakan gojong yang banyaknya 4-7 buah. Rumah ini memiliki keunikan bentuk arsitektur yaitu dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang anjung sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjuang pada keselarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan untuk golongan kesalarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarkies menggunakan anjuang yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau, provinsi Sumatra Barat. Rumah ini memiliki keunikan bentuk arsitektur yaitu dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang anjung sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjuang pada keselarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan untuk golongan kesalarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarkies menggunakan anjuang yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. 2. Rumoh Aceh Nanggroe Aceh Darussalam Setiap suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia memiliki rumah adat masing-masing. Aceh juga memiliki rumah adat yang dinamakan Rumoh Aceh rumoh = rumah Aceh. Walaupun masing-masing etnis di Aceh memiliki rumah adat tersendiri, namun Rumoh Aceh disepakati sebagai bangunan rumah adat untuk mewakili masyarakat Aceh. Sebagian masyarakat Indonesia sudah pernah melihat prototip Rumoh Aceh. Namun masih sedikit orang memahami teknologi bangunannya. Artinya, bagaimana konstruksi Rumoh Aceh yang sebenarnya. Rumoh Aceh terdiri atas tiang utama bisa lebih, yang terbuat dari kayu pilihan berbentuk bulat lurus. Dahulu, cara pengamabilan tiang rumah Tameh Rumoh, mempunyai syarat tertentu. Pohon harus cukup umur, sebelum ditebang, seseorang yang ditu adatkan mengitari pohon itu beberapa kali disertai dialog dengan bahasa isyarat. Ini wujud penghargaan kepada sesama makhluk, dan prinsip dasar pelestarian lingkungan. Setiap tiang dipahat tiga lubang tembus. Satu lubang untuk memasukkan lagor toi serambi, satu untuk lagor utama rumoh, dan satu lubang lagi lebih kecil untuk lagor kecil rok penyeimbang paralel sisi memanjang. Bagian bawah dipotong rata, dan bagian atas dibuat putting berbentuk balok, tiang didirikan dengan menggunakan tapakyang terbuat dari coran semen atau batu. Putting atas sebagai tempat memasukkan kerangka atas yang terdiri atas empat bara papan 25 x 5 cm untuk menyeimbangi bagian atas dan tempat kerangka atap diletakkan. Kerangka atap terdiri atas kayu bulat seukurab bambu yang disebut gaseue. Semuanya disusun dengan jarak sekitar satu meter, dan ditengahnya diselipi belubah, yaitu tempat atap rumbiah dirajut. Gasue, beulubah, dan atap hanya diletakkan diatas bara. Penahan semua ini adalah tali ijuk yang dibuat mirip ramset nok yang jumlahnya sama dengan jumlah tiang sisi serambi. Jika tali ini dipotong, atap bersama gaseue dan beulubah akan meluncur ke bawah. Dinding umumnya dari papan, dan dihiasi ornamen berupa ukiran. Semua sisi ditutupi dengan kayu berukir peulangan. Dulu peulangan ini selain ukiran motif Aceh, juga dilukis gambar bunga atau binatang. Pada bagian rabung yang menghadap keluar para, Rumoh Aceh dilengkapi dengan tulak angen yang lubangnya diukir. Untuk menguatkan hubungan toi dengan tameh , dan sambungan menggunakan pasak. Tidak ada paku yang digunakan pada bangunan Rumoh Aceh. Dengan demikian, jika dibutuhkan Rumoh Aceh dapat di bongkar dari kemudian didirikan di tempat lain. 3. Rumah Bolon Sumatra Utara Penduduk Sumatera Utara yang terdiri dari banyak suku mempunyai beragam budaya salah satunya adalah budaya rumah adat. Suku Batak Toba yang merupakan salah satu suku di Sumatera Utara juga mempunyai rumah adat. Rumah adat Batak Toba disebut dengan Rumah Bolon’. Dihuni oleh beberapa keluarga yang menempati ruang dalam secara terbuka bersama. Posisinya terkelompok berdasarkan aturan adat dari yang paling penting sampai keluarga lainnya dalam masing-masing fungsi. Sudut kanan belakang dari rumah dianggap sebagai lokasi keramat yang hanya boleh ditempati oleh pemimpin rumah. Di bagian belakang rumah ada bangunan tambahan yang berfungsi sebagai dapur, di mana Setiap keluarga bisa memiliki dapur sendiri. Lumbung padi terletak pada bangunan tersendiri yang disebut dengan ’sopo’. Untuk memasuki rumah Batak Toba dibuat tangga dengan posisi pada lubang yang ada di bawah lantai panggung. Secara adat telah ditentukan bahwa tangga ini selayaknya berjumlah ganjil. Tangga yang cepat aus merupakan kebanggaan bagi pemillik rumah bahwa banyak orang dan tamu yang telah memasuki rumahnya. Tangga ini diberi nama ’tangga rege-rege’. Ornamentasi dan dekorasi dari rumah adat Batak Toba mengandung nilai filosofi bagi keselamatan penghuni. Lokasi elemen rumah yang dihias berada pada gevel, pintu masuk, sudut-sudut rumah, bahkan ada yang sampai berada di keseluruhan dinding. Hiasan ini dapat berupa ukiran, dapat diberi warna, atau hanya berupa gambar saja. Tiga elemen warna yang penting adalah merah, putih dan hitam. Merah melambangkan pengetahuan/kecerdasan, putih melambangkan kejujuran/kesucian dan hitam melambangkan kewibawaan/kepemimpinan. 4. Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar Riau Rumah adat di provinsi Riau bernama Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar. Ruangan rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur. ruangan bersila, anjungan dan dapur. Rumah adat ini dilengkapi pula dengan Balai Adat yang dipergunakan untuk pertemuan dan musyawarah adat. Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri di atas tiang dengan bangunan persegi panjang. Draf beberapa bentuk rumah ini hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya sama saja, kecuali rumah lontik. Rumah lontik yang dapat juga disebut Rumah Lancang karena rumah ini bentuk atapnya melengkung ke atas dan agak runcing sedangkan dindingnya miring keluar dengan miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal ini melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan terhadap sesama. Rumah Lontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau karena kabanyakan terdapat di daerah yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil, bahkan Rumah Lontik beranak tangga lima, Hal ini ada kaitannya dengan ajaran Islam yakni rukun islam yang lima. Tiang bentuknya bermacam-macam, ada yang persegi empat, segi enam, segi tujuh, segi delapan, dan segi sembilan. Segi empat melambangkan empat penjuru mata angin, sama dengan segi delapan. Maksudnya rumah itu akan mendatangkan rezeki dari segala penjuru. Tiang segi enam melambangkan Rukun Iman dalam ajaran Islam, maksudnya diharapkan pemilik rumah tetap taat dan beriman kepada Tuhannya. Tiang segi tujuh melambangkan tujuh tingkatan surga dan neraka. Kalau pemilik rumah baik dan soleh akan masuk ke salah satu tujuh tingkat surga, sebaliknya kalau jahat akan masuk salah satu tujuh tingkat neraka. Tiang persegi sembilan melambngkan bahwa pemilik rumah adalah orang mampu. Tiang utama adalah tiang tuo, yang terletak pada pintu masuk sebelah kiri dan kanan, dan tiang ini tidak boleh disambung karena sebagai lambang rasa hormat kepada orang tua. Di daerah lain yakni pada suku Melayu di kepulauan, tiang yang dianggap penting adalah Tiang Seri yang terdapat di keempat sudut rumah. Baik Tiang Tuo maupun Tiang Seri tak boleh bersambung dan terbuat dari kayu yang besar. 5. Rumah Kejang Lako Jambi Rumah Kejang Lako oleh masyarakat Marga Bathin dibangun dengan tipologi bangunan rumah panggung yang berbentuk empat persegi panjang. Rata-rata bangunan dibuat dalam ukuran 9 m x 12 m dengan menggunakan kayu ulim yang banyak tumbuh di daerah Jambi. Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, masyarakat Marga Bathin mengandalkan teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait, dan pengait menggunakan pasak. Keunikan bangunan rumah panggung Kejang Lako terletak pada struktur konstruksi dan ukiran yang menghiasi bangunan. Konstruksi bangunan terdiri dari beberapa bagian, seperti Bubungan/atap dibuat seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas yang sering disebut lipat kejang, atau potong jerambah. Kasau Bentuk adalah atap bagian atas yang berfungsi untuk mencegah air hujan tidak masuk ke dalam rumah. Penteh, bagian ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda yang jarang dipergunakan. Tebar layar, bagian ini berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas yang menahan rembesan/tempias air hujan. Pelamban merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk ruang tunggu bagi tamu yang baru datang sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah. Masinding/dinding, terbuat dari papan yang diukir. Pintu pada rumah panggung Kejang Lako terdiri dari 3 pintu, yaitu pintu tegak, pintu masinding, pintu balik melintang. Rumah ini juga memiliki dua tangga, yaitu tangga utama yang terdapat di sebelah kanan pelamban dan tangga penteh yang dipakai untuk naik ke penteh. Tiang rumah panggung Kejang Lako berjumlah 30 yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang pelamban. Tiang utama panjangnya 4,25 m yang berfungsi sebagai tonggak untuk menopang kerangka bangunan. Di samping sebagai penopang, tiang tersebut juga berfungsi sebagai pemisah antara satu ruang dengan ruangan yang lain menjadi 8 bagian. Adapun nama-nama ruang tersebut adalah pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang balik melintang, ruang balik menalam, ruang atas/penteh, dan ruang bawah/bauman. Bangunan rumah panggung Kejang Lako menjadi lebih indah dengan hiasan beraneka ragam motif ukiran khas masyarakat Jambi. 6. Rumah Limas Sumatra Selatan Rumah Bari Palembang Rumah Adat Limas merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai. Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya. Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan. Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan tidak keluar dari rumah. Memasuki bagian dalam rumah, pintu masuk ke rumah limas adalah bagian yang unik. Pintu kayu tersebut jika dibuka lebar akan menempel ke langit- langit teras. Untuk menopangnya, digunakan kunci dan pegas. Bagian dalam ruangan tamu, yang disebut kekijing, berupa pelataran yang luas. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan berkumpul jika ada perhelatan. Ruang tamu sekaligus menjadi “ruang pamer” untuk menunjukkan kemakmuran pemilik rumah. Bagian dinding ruangan dihiasi dengan ukiran bermotif flora yang dicat dengan warna keemasan. Tak jarang, pemilik menggunakan timah dan emas di bagian ukiran dan lampu- lampu gantung antik sebagai aksesori. 7. Nuwou Sesat Lampung Rumah adat di Lampung ialah Rumah Sesat Nuwou Sesat, yang digunakan untuk musyawarah tertinggi antara marga-marga. Jambal Agung atau Lorong Agung adalah nama tangga menuju Rumah Sesat. Arsitektur tradisional Lampung umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal disebut Lamban, Lambahana atau Nuwou, bangunan ibadah yang disebut Mesjid, Mesigit, Surau, Rang Ngaji, atau Pok Ngajei, bangunan musyawarah yang disebut sesat atau bantaian, dan bangunan penyimpanan bahan makanan dan benda pusaka yang disebut Lamban Pamanohan. Rumah orang Lampung biasanya didirikan dekat sungai dan berjajar sepanjang jalan utama yang membelah kampung, yang disebut tiyuh. Setiap tiyuh terbagi lagi ke dalam beberapa bagian yang disebut bilik, yaitu tempat berdiam buway . Bangunan beberapa buway membentuk kesatuan teritorial-genealogis yang disebut marga. Dalam setiap bilik terdapat sebuah rumah klen yang besar disebut nuwou menyanak. Rumah ini selalu dihuni oleh kerabat tertua yang mewarisi kekuasaan memimpin keluarga. Nuwou Sesat, bangunan ini aslinya adalah balai pertemuan adat tempat para purwatin penyimbang pada saat mengadakan pepung adat musyawarah. Karena itu balai ini juga disebut Sesat Balai Agung. Bagian bagian dari bangunan ini adalah ijan geladak tangga masuk yang dilengkapi dengan atap. Atap itu disebut Rurung Agung. Kemudian anjungan serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil, pusiban ruang dalam tempat musyawarah resmi, ruang tetabuhan tempat menyimpan alat musik tradisional, dan ruang Gajah Merem tempat istirahat bagi para penyimbang. Hal lain yang khas di rumah sesat ini adalah hiasan payung-payung besar di atapnya rurung agung, yang berwarna putih, kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat tradisional Lampung Pepadun. 8. Bubungan Lima Bengkulu Rumah Adat Bubungan Lima ialah rumah watak Panggung Tradisional dari Provinsi Bengkulu. Rumah . Rumah Adat Bubungan Lima sejatinya merujuk pada atap dari rumah panggung tersebut. Selain “bubungan lima”, rumah panggung khas Bengkulu ini mempunyai bentuk atap lainnya, menyerupai “bubungan limas”, “bubungan haji”, dan “bubungan jembatan”. Rumah Adat Bubungan Lima mempunyai model menyerupai rumah panggung yang ditopang oleh beberapa tiang penopang. Rumah Adat Bubungan Lima biasanya digunakan untuk program watak masyarakat Bengkulu Rumah Bubungan Lima, ialah salah satu prototipe hunian tahan banjir, yang merepresentasikan nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat Bengkulu. Rumah Bubungan Lima dibangun tinggi supaya menghindari pemilik rumah beserta keluarga dari serangan hewan liar dan juga dari musibah menyerupai banjir. Karena tinggi Rumah Bubungan Lima ini, maka orang-orang yang hendak masuk ke dalam rumah pun harus memakai yang digunakan untuk masuk ke dalam rumah umumnya mempunyai jumlah anak tangga yang ganjil sesuai dengan kepercaaan masyarakat Bengkulu. Rumah Bubungan Lima dibangun tinggi supaya menghindari pemilik rumah beserta keluarga dari serangan hewan liar dan juga dari musibah menyerupai banjir. Karena tinggi Rumah Bubungan Lima ini, maka orang-orang yang hendak masuk ke dalam rumah pun harus memakai yang digunakan untuk masuk ke dalam rumah umumnya mempunyai jumlah anak tangga yang ganjil sesuai dengan kepercaaan masyarakat Bengkulu. Pada umumnya rumah watak tersebut mempunyai 15 tiang yang tinggginya mencapai 1,8 meter dan beralas batu. Memiliki atap dari ijuk yang berbentuk limas dengan tinggi 3,5 meter. Memiliki lantai kayu dan tangga, anak tangga berjumlah ganjil alasannya ialah sesuai dengan watak yang ada di Bengkulu. Rumah terdiri dari beberapa bab yaitu barendo sebagai daerah untuk mendapatkan tamu yang sedang memberikan pesan, hall untuk mendapatkan tamu dari kerabat dekat. Material utama yang digunakan ialah kayu medang kemuning atau surian balam, yang berkarakter lembut namun tahan lama. Lantainya terbuat dari papan, sementara atapnya terbuat dari ijuk enau atau sirap. Sementara di bab depan, terdapat tangga untuk naik-turun rumah, yang jumlahnya biasanya ganjil berkaitan dengan nilai adat. Menilik sejumlah literatur yang membuktikan ihwal rumah watak ini, kesimpulan sementara yang sanggup diambil adalah, rumah ini bukanlah jenis daerah tinggal yang umum ditempati masyarakat. Rumah Bubungan Lima juga jenis rumah watak lainnya di Bengkulu ialah rumah dengan fungsi khusus yang digunakan untuk ritus-ritus watak atau program khusus, menyerupai penyambutan tamu, kelahiran, perkawinan, atau kematian. 9. Rumah Kebaya Jakarta Rumah Kebaya mempunyai beberapa pasang atap, yang apabila dilihat dari samping berlipat-lipat seperti lipatan kebaya. Arsitekturnya seperti monas yang terpotong bagian tugunya. Rumah ini melambangkan penduduk Jakarta yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Pembagian ruangannya, serambi depan disebut Paseban. Dindingnya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka-buka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar ruangan terasa lebih luas. Pada saat-saat tertentu, Rumah Kebaya sering digunakan untuk mengadakan acara selamatan atau hajatan khas Betawi. Struktur Bangunan Betawi Konstruksi rumah betawi diawali dengan Umpak, yaitu batu yang menahan beratnya Dinding Pada bagian tengah kekuatan bertumpu pada Penglari dan pada bagian atas, aksentuasi konstruksi pada kuda-kuda Secara garis besar sistem struktur banguan yang secara keseluruhan berbeda, unsur-unsur struktur maupun lihat dari tata letak fungsi-fungsi atau ruang-ruangnya, pola yang dimiliki oleh rumah tradisional betawi cenderung bersifat simetris walaupun bukan hal yang mutlak Secara umum, tradisional betawi mempunyai tata ruang yang sederhana dan terdiri dari 3 kelompok yaitu ruang depan, tengah dan belakang. 10. Rumah Melayu Bubung Panjang Bangka Belitung Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatera dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur, yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah. Berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang. Bangunan didirikan di atas 9 buah tiang, dengan tiang utama berada di tengah dan didirikan pertama kali. Atap ditutup dengan daun rumbia. Dindingnya biasanya dibuat dari pelepah/kulit kayu atau buluh bambu. Rumah Melayu Bubung Panjang biasanya karena ada penambahan bangunan di sisi bangunan yang ada sebelumnya, sedangkan Bubung Limas karena pengaruh dari Palembang. Sebagian dari atap sisi bangunan dengan arsitektur ini terpancung. Selain pengaruh arsitektur Melayu ditemukan pula pengaruh arsitektur non-Melayu seperti terlihat dari bentuk Rumah Panjang yang pada umumnya didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu lain datang dari arsitektur kolonial, terutama tampak pada tangga batu dengan bentuk lengkung. 11. Rumah Rakit Bangka Belitung Rumah Rakit sesuai dengan namanya yaitu rumah yang berada di atas perairan dengan bentuk seperti rakit. Mengingat Bangka Belitung terbatasi oleh perairan baik sungai maupun lautan maka banyak masyarakat Bangka yang membuat rumah diatas air sebagai tempat tinggal dan tempat bisnis ekonomi. Seperti halnya rakit, rumah ini berbahan utama bambu khususnya bambu manyan dan bambu ini digunakan untuk pelampung rumah rakit agar tidak tenggelam ketika digunakan oleh pemiliknya. Kelebihan dari rumah ini adalah dapat bertahan lama untuk ukuran tempat tinggal, meskipun terkena hujan dan panas diatas perairan serta memiliki bentuk yang besar dan cocok untuk tinggal banyak orang, namun sulitnya rumah ini berada di atas perairan dan tentu tidak stabil. 12. Rumah Panggung Bangka Belitung Di Sumatera memang di dominansi oleh rumah Panggung yang menjadi rumah utama, begitupun dengan rumah panggung Bangka Belitung. Dengan mewarisi gaya seperti Melayu Awal, Melayu Bubungan Limas dan juga rumah Melayu Bubung Panjang. Rumah ini banyak digunakan oleh masyarakat Bangka dengan bentuk atau bahan seperti kayu, rotan, bambu dan dedaunan. Serta akar pohon dan alang yang kuat dan juga tahan lama. Ciri khas lainnya dari Rumah Panggung yaitu bentuk atap yang tinggi dan sedikit miring. Rumah ini juga memiliki jendela yang banyak. Bagian di dalam rumah terdiri dari rumah induk atau ibu dan juga rumah dapur tempat para wanita dan anak gadisnya memasak dan belajar mengurus rumah. Rumah ini juga anti menggunakan cat sehingga warna alamilah yang digunakan. 13. Rumah Adat Melayu Atap Lontik Bangka Belitung Rumah adat Provinsi Riau ini juga disebut dengan rumah lancang atau pancalang. Mengapa disebut demikian? Hal tersebut dikarenakan rumah ini mempunyai hiasan di dinding depan rumah dengan bentuk perahu. Selain itu ternyata ada sebutan lain untuk rumah tradisional ini, yakni lontik. Disebut begitu karena rumah ini memiliki parabung atap yang meletik ke atas. Rumah adat Riau ini dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau. Hal ini karena sebagian besar rumah terletak di daerah perbatasan dengan Sumatera Barat. Keunikan rumah Melayu Atap Lontik adalah adanya anak tangga dengan jumlah lima atau ganjil. Alasannya adalah adanya keyakinan tentang lima rukun Islam, yakni syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji. Selanjutnya bentuk tiang yang ada juga mempunyai variasi, mulai dari segi empat, segi enam, segi tujuh, segi delapan, hingga segi sembilan. 14. Rumah Rumah Lancang atau Pencalang Kepulauan Riau Kepulauan Riau merupakan salah satu satu provinsi di Indonesia. Daerah ini merupakan gugusan pulau yang tersebar di perairan selat Malaka dan laut Cina selatan. Keadaan pulau-pulau itu berbukit dengan pantai landai dan terjal. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petani. Sedangkan agama yang dianut oleh sebagian besar dari mereka adalah Islam. Rumah Lancang atau Pencalang merupakan nama salah satu Rumah tradisional masyarakat Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Indonesia. Selain nama Rumah Lancang atau Pencalang, Rumah ini juga dikenal dengan sebutan Rumah Lontik. Disebut Lancang atau Pencalang karena bentuk hiasan kaki dinding depannya mirip perahu, bentuk dinding Rumah yang miring keluar seperti miringnya dinding perahu layar mereka, dan jika dilihat dari jauh bentuk Rumah tersebut seperti Rumah-Rumah perahu magon yang biasa dibuat penduduk. Sedangkan nama Lontik dipakai karena bentuk perabung bubungan atapnya melentik ke atas. 15. Rumah Adat Suku Baduy Banten Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak. Rumah adatnya adalah rumah panggung yang beratapkan daun atap dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu bambu yang dibelah-belah. Sedangkan dindingnya terbuat dari bilik gedek. Untuk penyangga rumah panggung adalah batu yang sudah dibuat sedemikian rupa berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat ini masih banyak ditemukan di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy. 16. Rumah Adat Parahu Kumureb Jawa Barat Imah Parahu Kumureb Dan yang terakhir adalah desain rumah Parahu Kumureb atau kalau dalam bahasa indonesia perahu tengkurap. Desain atap rumah adat Jawa Barat ini memiliki 4 bagian utama. Dua bagian pada bagian di depan dan belakang berbentuk trapesium, dan dua bagian lagi di sisi kanan kiri berbentuk segitiga sama sisi. Untuk di Palembang, desain atap Parahu Kumureb juga biasa disebut desain atap Limasan. Sesuai dengan namanya, atap rumah adat Sunda yang satu ini memang tampak terlihat seperti sebuah perahu yang terbalik atau tengkurap. DI Karenakan memiliki terlalu banyak sambungan, desain atap seperti ini sering kali mudah bocor sehingga jarang yang menggunakannya. Kendati demikian, masyarakat Kampung Kuta di Kabupaten Ciamis ternyata masih ada yang menggunakannya. 17. Rumah Adat Jolopong Jawa Barat Rumah adat jolopong di antara desain rumah adat Jawa Barat yang lainnya, Jolopong menjadi paling familiar karena yang paling sering banyak digunakan. Jolopong banyak dipilih karena bangunannya lebih mudah dibuat juga lebih hemat pada bahan material. Sesuai dengan namanya yang berarti “terkulai”, rumah Jolopong ini memang memiliki atap yang tampak tergolek lurus. Ada 2 bagian atapnya yang saling bersatu sama panjang. dan jika ditarik garis imajiner, antara ujung atap satu dengan ujung atap lainnya akan menghasilkan bentuk sebuah segitiga sama kaki. Desain rumah yang juga kerap disebut dengan Suhunan Panjang ini sampai kini masih digunakan sebagian masyarakat Kampung Dukuh di Garut. 18. Rumah Adat Julang Ngapak Jawa Barat Julang Ngapak kalau dalam bahasa Indonesia yang berarti seekor burung mengepakkan sayapnya. Nama rumah tersebut memang di lihat dari desain atapnya tampak melebar pada bagian sisi-sisinya, dan bila dilihat dari depan, bentuk atapnya memang terlihat seperti seekor burung yang sedang mengepakkan sayapnya. Rumah dengan memiliki desain atap Julang Ngapak pada umumnya akan dilengkapi dengan capit hurang atau cagak gunting di bagian bubungannya. Pada keduanya sama-sama memiliki fungsi untuk mencegah rembesnya pertemuan air di bagian atap yang terletak di ujung atas rumah. Atapnya tersebut dapat dibuat dari bahan rumbia, ijuk, atau alang-alang yang diikat pada kerangka atap dari bambu. Desain rumah Julang Ngapak yang hingga kini masih dapat kita dijumpai di Kuningan; Kampung Dukuh, Kampung Naga, Tasikmalaya; dan beberapa daerah lainnya yang ada di Jawa Barat. Bahkan selain itu, pada gedung Institut Teknologi Bandung beberapa di antaranya menggunakan desain atap rumah adat Jawa Barat yang satu ini. 19. Rumah Adat Kudus Jawa Tengah Rumah Adat Kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus. Rumah Adat Kudus memiliki atap berbentuk joglo pencu, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi khas Kota Kudus yang merupakan perpaduan gaya seni ukir dari budaya Hindu, Persia Islam, Cina, dan Eropa. Rumah ini diperkirakan mulai dibangun pada tahun 1500-an M dengan bahan baku utama 95% dari kayu jati tectona grandis berkualitas tinggi dengan sistem pemasangan knock-down bongkar pasang tanpa paku. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, Rumah Adat Kudus banyak berdiri di wilayah Kudus Kulon Alun-alun ke barat yang komposisi penduduknya mayoritas adalah pengusaha dan pedagang yang secara ekonomi lebih maju dibandingkan dengan penduduk di wilayah Kudus Wetan Alun-alun ke timur. Pada awalnya, Rumah Adat Kudus hanya dimiliki oleh para pedagang Cina Islam, tetapi kemudian banyak pedagang pribumi yang ikut mendirikan rumah adat tersebut setelah usaha mereka berkembang. Rumah Adat Kudus sebagian besar dibangun sebelum tahun 1810 M dan pernah menjadi simbol kemewahan bagi pemiliknya pada waktu itu. Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Kudus tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir kualitas tinggi, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda. 20. Rumah Joglo Jawa Tengah Bangunan ini termasuk pada banguna tahan rumah adat ini terdiri atas stuktur beton dan pondasi yang kuat sehingga dapat menahan tiga alasan mengapa rumah Joglo lebih tahan terhadap gempa. Pertama, rangka utama core frame yang terdiri umpak, sokoguru, dan tumpang sari, dapat menahan beban lateral yang bergerak horizontal ketika terjadi gempa. Inilah kunci utama mengapa rumah Joglo masih dapat berdiri ketika gempa Yogyakarta pada Mei 2006, di saat rumah atau gedung lain mengalami keruntuhan. Alasan kedua, adalah bahwa struktur rumah Joglo yang berbahan kayu menghasilkan kemampuan meredam getaran/guncangan yang efektif, lebih fleksibel, dan juga stabil. Struktur dari kayu inilah yang berfungsi meredam efek getaran/guncangan dari gempa. Ketiga, kolom rumah yang memiliki tumpuan sendi dan rol, sambungan kayu yang memakai sistem sambungan lidah alur, dan konfigurasi kolom anak soko-soko emper terhadap kolom-kolom induk soko-soko guru merupakan earthquake responsive building dari rumah Joglo. Oleh karenanya, dengan sistem ini, rumah Joglo lebih stabil pada frekuensi gempa tinggi dengan akselerasi rendah-tinggi. Sedangkan pada frekuensi gempa rendah, rumah Joglo lebih fleksibel. Hanya saja, Prihatmaji mengungkapkan rumah Joglo hanya tahan pada daerah gempa III. Lebih dari itu, rumah jenis ini memerlukan beberapa modifikasi. 21. Rumah Adat Tajug Jawa Tengah Setiap rumah tradisional di Jawa Tengah memiliki filosofi tersendiri. Kita bahkan dapat mengatakan jika masing-masing memiliki fungsi yang hampir selalu berbeda. Seperti rumah tradisional Tajug yang satu ini. Rumah Tajug tradisional adalah rumah tradisional yang biasa digunakan untuk bangunan suci seperti masjid dan bangunan lainnya. Jika penggunaannya untuk keperluan perumahan tentu tidak diotorisasi. Memang, rumah Tajug tradisional dianggap sebagai jenis rumah yang dimurnikan. Jadi, tidak sembarang bangunan bisa menggunakan rumah adat jenis ini. Hanya bangunan tertentu yang dianggap sesuai dengan filosofi. Biasanya rumah tradisional ini memiliki atap runcing. Kita dapat mengatakan bahwa bentuknya terlihat seperti kotak. Untuk jenisnya sendiri, tidak hanya ada satu jenis rumah Tajug tradisional. Di sisi lain, jumlah total tipe rumah tradisional mencapai hingga 13 jenis. 22. Rumah Adat Panggang Pe Jawa Tengah Ternyata rumah tradisional Jawa yang populer bukan hanya rumah tradisional Joglo. Namun, Anda dapat menemukan di sini rumah tradisional lain, rumah tradisional Panggang Pe. Rumah ini cukup terkenal di Jawa Tengah. Untuk model rumah tradisional sendiri adalah rumah yang memiliki empat hingga enam tiang. Di pos depan biasanya sengaja disingkat dari pos belakang. Jadi Anda bisa menyebutnya jika rumah tradisional cukup unik. Umumnya rumah tradisional ini digunakan untuk memasang kios dan warung. Saat ini, ada aliran yang berbeda dari rumah tradisional Panggang Pe. Tetapi ada sekolah yang memiliki kesamaan. Cere Gancet, Empyak Satangkep, Gedhang Salirang dan Gedhang Setangkep adalah contoh rumah tradisional yang memiliki kesamaan. Keempat rumah tradisional ini terdiri dari dua rumah Panggang Pe yang sengaja dirakit. 23. Rumah Adat Panjang Kalimantan Barat Sebagai salah satu daerah di Indonesia, Kalimantan Barat memiliki banyak sumber daya alam seperti hutan hujan tropis dengan berbagai jenis flora dan fauna. Sebagian besar daerah ini telah ditetapkan sebagai kawasan hutan konservasi. Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh aneka ragam suku bangsa. Suku bangsa mayoritasnya yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa, selain itu terdapat juga suku-suku bangsa lain, antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Batak. Rumah tradisional yang ada yaitu rumah panjang di Kalimantan Barat umumnya disebut Betang, adalah suatu bangunan tradisional yang dimiliki oleh beberapa kelompok Dayak yang ada di Kalimantan Barat. Pembagian ruangan atau bilik yang ada didalam Betang mencerminkan stratifikasi dari sistem yang unik dari masyarakat yang tinggal di dalamnya. Bagian tengah dari betang adalah untuk aktivitas yang bersifat publik, sedangkan bagian depan digunakan untuk menjemur padi dan komoditas lainnya. Ruang belakang biasanya untuk keperluan memasak, tidur dan tempat berkumpul bagi seluruh anggota keluarga. Pemisahan ruangan ini mencerminkan pemisahan antara wilayah sosial, individu dan fasilitas umum. 24. Rumah Adat Betang Kalimantan Barat Rumah tradisional Betang dihuni oleh keluarga besar orang Dayak sehingga sangat besar. Rumah Betang memiliki panjang 150 meter dan lebar 30 meter dan bahkan ada juga yang lebih besar dari itu. Keunikan rumah tradisional di Kalimantan Barat ini dapat dilihat dari bentuknya yang sangat bervariasi tergantung dari jumlah anggota keluarga. Rumah tradisional Betang di Kalimantan Barat dibangun dalam bentuk pemandangan setinggi tiga sampai lima meter dari permukaan tanah. Tujuan membangun rumah dari bawah ke atas adalah untuk mengantisipasi datangnya banjir. Masyarakat umumnya akan hidup bersama dan dipersatukan dalam satu rumah untuk beberapa generasi atau tradisi. Setiap rumah tangga atau keluarga akan tinggal di kabin atau kamar yang telah ditutup di rumah Betang yang besar. Selain itu, suku Dayak umumnya memiliki beberapa rumah individu yang dibangun sementara yang dapat digunakan untuk kegiatan lapangan. Rumah terpisah ini dibangun karena jarak antara sawah dan daerah perumahan yang cukup jauh. 25. Rumah Adat Betang Muara Mea Kalimantan Tengah Seperti halnya nama bangunannya, rumah ini berlokasi di desa Muara Mea. Rumah betang Muara Mea dibangun oleh para suku Dayak yang tinggal di sekitar Gunung Purei. Berbeda dengan tambaba, desain dan arsitektur rumah ini terkesan lebih modern. Pada dindingnya diberi cat dan dilukis. Jika Anda mengamatinya dengan seksama, gambarnya yang terdapat pada dinding menggambarkan identitas suku Dayak. Beberapa wisatawan yang datang ke rumah tradisional ini, biasanya sambil mengunjungi Taman Nasional Gunung Lumut yang letaknya tidak begitu jauh dari Muara Mea. Lingkungan di sekitar bangunan adat ini memang masih terlihat alami karena masih dipenuhi rerumputan dan pepohonan. 26. Rumah Adat Banjar atau Bubungan Tinggi Kalimantan Tengah Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris. Menurut Idwar Saleh 19845 Rumah tradisonal Banjar adalah type-type rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung ba-anjung yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa type Rumah Banjar yang tidak ber-anjung. Tipe rumah yang paling bernilai tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang biasanya dipakai untuk bangunan keraton Dalam Sultan. Jadi nilainya sama dengan rumah joglo di Jawa yang dipakai sebagai keraton. Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan-bangunan kerajaan khususnya istana raja Rumah Bubungan Tinggi. Dalam suatu perkampungan suku Banjar terdiri dari bermacam-macam jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam kampung tersebut rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air, rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah alluvial maupun lahan kering. 27. Rumah Adat Lamin Kalimantan Timur Rumah Lamin berbentuk panggung setinggi 3 meter dari tanah dan dihui 25 hingga 30 kepala keluarga. Ujung atap rumah ini diberi hiasan kepala naga sebagai simbol keagungan, budi luhur, dan kepahlawanan. Halaman rumahnya diisi oleh patung-patung Blontang yang menggambarkan dewa-dewa sebagai penjaga rumah atau kampung. Rumah Lamin terbagi atas ruangan dapur, tidur, dan ruangan tengah guna menerima tamu atau pertemuan adat. Tangga untuk naik ke dalam rumah terbuat dari kayu pohon. Bentuk tangga ini tidak berbeda antara rumah para bangsawan dan rakyat biasa. Dinding rumah lamin terbuat dari kayu yang diselingi daun rumbia. Sementara itu, kolong rumah panggung ini digunakan untuk memilihara ternak. Rumah adat yang satu ini berasal dari Kalimantan Timur. Rumah adat suku dayak yang dinamakan rumah lamin ini merupakan rumah panggung yang panjang dan sambung menyambung, terdiri dari banyak kamar yang ditempati banyak anggota keluarga, bahkan dapat mencapai lebih dari 100 orang. Bahan bangunan utamanya dari kayu ulin berwarna hitam dan tahan lama. Ruangan los yang panjang berfungsi sebagai tempat pertemuan, upacara adat, dan tempat tidur untuk laki-laki, pemuda, dan tamu laki-laki. Juga terdapat kamar-kamar yang berderet untuk ruang tidur keluarga dan gadis. Ukiran dari rumah lamin ini memiliki ciri yang berpola ukiran abstrak dengan pengulangan garis dan seperti ular naga, burung topeng, kerangka manusia, dll. Desain rumah ini tentu sebagai ciri khas dari rumah-rumah adat di Indonesia. Dimana Terdapat ukiran-ukiran, patung, dan dai bahan bangunannya sendiri yang pada umumnya menggunakan kayu. Bangunan ini memiliki ciri bentukan yang mengulang serta memanjangBerbeda dari rumah adat lainnya. Rumah lamin memiliki sifat yang mengutamakan fungsi dari bangunannya. Tetapi tetap tidak menghilangkan ciri khususnya yang terdapat ukiran pada sisi bangunannya tertentu dan mengandung arti khusus. 28. Rumah Adat Suku Sasak di Lombok NTB Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu bedek. Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen. Pengetahuan membuat lantai dengan cara tersebut diwarisi dari nenek moyang mereka. Seluruh bahan bangunan seperti kayu dan bambu untuk membuat rumah adat Sasak didapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela. Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral suci dan profan duniawi secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang papuk baluk, epen bale penunggu rumah, dan sebaginya. 29. Rumah Adat Lopo NTT Lopo merupakan serambi tempat masyarakat Pulau Timor khususnya suku Dawan Wilayah TTU, TTS, Ambeno-Timor Leste dan sebagian Kupang Timur Laut mengadakan beragam acara. Mulai dari menerima tamu dan semua yang berkunjung ke tempat mereka, berkumpul untuk membicarakan pelbagai persoalan sampai makan sirih-pinang bersama. Lopo juga tempat menenun bagi wanita-wanita Dawan yang telah dewasa. Karya tenunan merupakan prasyarat bagi wanita dewasa untuk masuk dalam kehidupan berkeluarga. Arsitekturnya terdiri dari empat tiang penyanggah yang didirikan di atas dataran bundar dengan atap ilalang serta memiliki langit-langit yang bisa berfungsi sebagai lumbung tempat menyimpan benih untuk musim tanam berikut dan juga menyimpan hasil panen dan berbagai benda lainnya. Pada keadaan terkini di beberapa tempat atap ilalang sudah mulai diganti dengan plat seng. Lopo merupakan salah satu karakteristik Atoni Orang yang mendiami tanah kering, sebutan untuk suku Dawan, salah satu suku terbesar di Timor. 30. Rumah Adat Dulohupa Gorontalo Rumah Adat Dulohupa yang merupakan balai musyawarah dari kerabat kerajaan. Terbuat dari papan dengan bentuk atap khas daerah tersebut. Pada bagian balakangnya terdapat anjungan tempat para raja dan kerabat istana beristirahat sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga. Saat ini rumah adat tersebut berada di tanah seluas + 500 m² dan dilengkapi dengan taman bunga, bangunan tempat penjualan cenderamata, serta bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama talanggeda. Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan. Bangunan ini terletak di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Selain Rumah adat Dulohupa juga ada Rumah Adat Bandayo Pomboide yang terletak di depan Kantor Bupati Gorontalo. Bantayo artinya gedung’ atau bangunan’, sedangkan Pomboide berarti tempat bermusyawarah’ . Bangunan ini sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya serta pertunjukan tari di Gorontalo. Di dalamnya terdapat berbagai ruang khusus dengan fungsi yang berbeda. Gaya arsitekturnya menunjukkan nilai-nilai budaya masyarakat Gorontalo yang bernuansa Islami. 31. Rumah Adat Bangsal Kencono Jogyakarta Rumah Bangsal Kencono Kraton merupakan salah satu rumah adat Daerah Instimewa Yogyakarta. Selain rumah ini dikenal sebagai tempat tinggal Raja, Bangsal Kencone ketika kita lihat sekilas mirip dengan rumah joglo tetapi ukuran dari rumah ini lebih luas, lebar dan besar. Rumah adat yang kedua dari Yogyakarta ini ada tambahan sedikit arsitektur khas dari Cina, Portugis dan Belanda, tapi secara keseluruhan tetap dapat kita lihat sebagai rumah dengan ciri khas ada dari Jawa. Ciri khas terlihat jelas adalah dari bagian atas, dinding rumah dan juga tiang yang ada dibangunan rumah. Atas dari Rumah Bangsal Kencono memiliki desain yang mirip dengan rumah jawa, untuk bangunannya dan pondasinya tinggi sehingga bagunan harus ditopang dengan 4 buah tiang di bagian tengahnya, tiang ini sering disebut dengan istilah Soko Guru. Bahan yang digunakan untuk membuat genting yang dibuat dari tanah liat atau tanah sirap, sedangkan untuk bagian dinding dan juga tiang dibuat dari kayu yang memiliki kualitas terbaik. Untuk tiangnya biasanya memiliki warna hitam dan hijau tua, dan pada bagian atas umpak batu memiliki warna hitam keemasan. Untuk bahan lantai dibuat dari marmer atau granit dengan memiliki struktur yang lebih tinggi dari permukaan lainnya. Ciri khas Rumah adat Bangsal Kencono Yogyakarta Ukuran Rumah, pada rumah ini memiliki desain mirip dengan padepokan yang bermanfaat untuk tempat tinggal keluarga dari kerajaan pada jaman dahulu, sehingga membuat ukuran dari bangunan rumah memiliki ukuran di setiap ruangan yang besar dan luas atau sesuai dengan kebutuhan dari setiap ruangan. Desain dan Motif Ukiran, pada rumah model ini di halaman utama akan ditanami beberapa jenis tanaman yang hijau, selain itu akan terdapat sangkar burung. Desain ini menunjukan filosofi yang mengutamakan kecintaan kepada alam. Sedangkan untuk motif dominan yang ada pada rumah ini adalah nuansa kejawan yang dipadukan dengan budaya dari bangsa eropa terutama Portugis, Belanda dan China serta juga terdapat nuansa Hindu. Untuk fungsi dari Bangsal Kencono ini cukup banyak, selain digunakan untuk tempat tinggal dari keluarga kerajaan yang berasal dari Yogyakarta, rumah ini juga menjadi tempat atau juga pusat penyelenggraan upacara adat atau ritual keagaman masyarakat sekitar. 32. Rumah Adat Tanean Lanjhang Madura Tanean Lanjhang adalah Permukiman tradisional Madura adalah suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluargakeluarga yang mengikatnya. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun, sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya. Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah, atau dihuni sepuluh keluarga yaitu keluarga batih yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan keluarga kandung merupakan ciri khas dari kelompok ini. 33. Rumah Gapura Candi Bentar Bali Rumah Gapura Candi Bentar sejatinya merujuk pada bangunan gapura yang menjadi gerbang rumah-rumah adat Bali. Gapura tersebut terdiri dari dua buah candi yang serupa dan sebangun dan membatasi sisi kiri dan sisi kanan pintu masuk ke pekarangan rumah. Gapura-gapura tersebut tidak memiliki atap penghubung pada bagian atasnya sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di baagian dalam olehk-anak tangga yang menjadi jalan masuk. Gapura Candi Bentar dalam arsitektur Bali merupakan sebuah perwujudan bangunan yang berfungsi untuk masuk-keluar dari satu sisi ke sisi lainnya dari luar ke dalam dan atau sebaliknya. Pada awalnya ketika arsitektur Bali masih sesuai dengan keadaan pada masa kerajaan, Gapura Candi Bentar hanya dibangun di lingkungan Puri Istana Raja dan Pura tempat suci agama Hindu. Tidak ditemukan adanya Candi Bentar di perumahan masyarakat kebanyakan. Bentuknya merupakan gapura, atau candi yang terbelah dua tepat di tengah-tengahnya sehingga menjadi bentukan yang simetri. Baik di puri mau pun di pura, Candi Bentarmenempati posisi di areal paling luar, menjadi pembuka jalansekaligus penerimabagi mereka yang akan mengunjungitempat tersebut. Para Undagi yang mengerjaakan bangunan ini sudah memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungannya, sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan memahami betul, di mana dan kapan Candi Bentar harus tampil megah, tampil normal akrab, kokoh dan sebagainya. Di Pura yang merupakan Kahyangan Jagat seperti Pura Ulun Danu Batur di Kintamani, Bangli, atau di Pura Besakih Karangasem, tampak bahwa Gapura Candi Bentar berdiri kokoh, besar, tinggi atau dengan kata lain megah. Areal Pura yang luas dan topografi yang tidak rata rendah di arah luar, dan meninggi menuju ke areal Pura yang lebih di dalam, ikut mendukung kemegahan yang terwujud. Dalam teori modern, para undagi telah memperhitungkan dan menerapakan beberapa aspek estetika, dalam hal ini skala dan proporsi. 34. Rumah Adat Karampuang Sulawesi Selatan Bangunan ini merupakan rumah purba yang konon merupakan tempat bertemunya raja-raja dari Suku Makassar Karaeng dan raja-raja dari Suku Bugis Puang, sehingga akhirnya disebut Karaengpuang atau Karampuang, berada di Kecamatan Bulupoddo, berjarak 30 km tepatnya di Desa Tompobulu, dan dapat ditempuh selarna 1 jam dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Rumah purba Karampuang mengikuti model rumah adat Bugis Makassar. Keunikan dari Rumah ini antara lain Tiangnya terbuat dari kayu bitti, antara pasak dengan tiang tidak dipaku, lantai terbuat dari bambu yang hanya diikat dengan rotan pada pasak, serta tangganya berada di bawah kolong rumah bagian tengah, sehingga pintu rumah dibuka dari bawah, dan dapur berada di bagian depan setelah pintu dibuka. Setiap tahun pada Bulan Nopember diadakan upacara adat Mappogau Sihanua yang dilaksanakan oleh pemimpin adat, dengan menggelar berbagai atraksi. Lain lagi dengan atraksi Maddui yang digelar jika ada tiang/ kayu dari rumah adat yang rusak dan harus diganti olch kayu yang baru denganjenis sama yang harus dicari dan ditarik dari dalam hutan selama satu hari menuju kerumah adat. Kegiatan ini dipimpin oleh pemimpin adat dan dilakukan dengan prosesi adat, serta melibatkan masyarakat di kawasan rumah adat. Selain atraksi ini, jehisseni dan budaya tradisional di Kabupaten Sinjai yaitu tarian tradisional Pasere Pitupitu, tari Massellung Tana, Tari Maddongi, dan tari Marumatang. Secara fisik, bentuk rumah adat Karampuang tidak jauh berbeda dengan rumah orang bugis pada umumnya, yaitu rumah panggung yang terbuat dari kayu. Akan tetapi, rumah adat ini memiliki nilai lebih karena keunikan yang dimilikinya, yakni ia disimbolkan sebagai sosok wanita anggun. Rumah adat Karampuang memiliki ukuran 15×11 meter dengan tinggi ± 12 meter. Jika kebanyakan rumah bugis memiliki tangga dan pintu tepat dibagian depan rumah atau menyamping searah lebar rumah, maka rumah adat Karampuang tidak demikian. Rumah adat ini memiliki pintu masuk tepat berada di tengah-tengah rumah. Penempatan pintu dan tangga ini merupakan simbol kelamin wanita vagina, atau “pintu bunga mawar” tempat orang pertama kali keluar dari rahim dan menghirup udara segar. Pintu masuk tersebut dinamakan batu lappa. Karena posisi pintu yang rata dengan lantai rumah, maka untuk membukanya harus di dorong ke atas atau menolaknya ke atas untuk menggeser pemberat yang terikat dengan pintu. 35. Rumah Adat Tongkonan Toraja Sulawesi Selatan Rumah asli Toraja disebut Tongkonan, berasal dari kata tongkon yang berarti duduk bersama-sama. Tongkonan selalu dibuat menghadap kearah utara, yang dianggap sebagai sumber kehidupan. Berdasarkan penelitian arkeologis, orang Toraja berasal dari Yunan, Teluk Tongkin, Cina. Pendatang dari Cina ini kemudian berakulturasi dengan penduduk asli Sulawesi Selatan. Tongkonan berupa rumah panggung dari kayu, dimana kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atap tongkonan berbentuk perahu, yang melambangkan asal-usul orang Toraja yang tiba di Sulawesi dengan naik perahu dari Cina. Di bagian depan rumah, di bawah atap yang menjulang tinggi, dipasang tanduk-tanduk kerbau. Jumlah tanduk kerbau ini melambangkan jumlah upacara penguburan yang pernah dilakukan oleh keluarga pemilik tongkonan. Di sisi kiri rumah menghadap ke arah barat dipasang rahang kerbau yang pernah di sembelih, sedangkan di sisi kanan menghadap ke arah timur dipasang rahang babi. Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut alang. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem bangah yang licin, sehingga tikus tidak dapat naik ke dalam lumbung. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Dalam paham orang Toraja, tongkonan dianggap sebagai ibu, sedangkan alang adalah sebagai bapak. Tongkonan berfungsi untuk rumah tinggal, kegiatan sosial, upacara adat, serta membina kekerabatan. Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah,dan selatan. Ruangan di bagian utara disebut tangalok, berfungsi sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur, juga tempat meletakkan sesaji. Ruangan bagian tengahdisebut Sali, berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, tempat meletakkan orang mati, juga dapur. Adapun ruangan sebelah selatan disebut sumbung, merupakan ruangan untuk kepala keluarga. Ruangan sebelah selatan ini juga dianggap sebagai sumber penyakit. 36. Rumah Adat Souraja Sulawesi Tengah Rumah souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang segiempat dari kayu; beratap bentuk piramide segitiga bagian depan dan belakang ditutup dengan papan berukir panapiri serta pada ujung bubungan bagian depan dan belakang berhias mahkota berukir bangko-bangko. Bangunan terbagi atas tiga ruangan, yaitu ruang depan lonta karawana untuk menerima tamu dan untuk tidur tamu yang menginap; ruang tengah lonta tatangana untuk tamu keluarga; serta ruang belakang lonta rorana, untuk ruang makan, meskipun kadang-kadang ruang makan berada di lonta tatangana. Tempat tidur perempuan dan anak gadis berada di pojok belakang lonta rorana. Dapur avu, sumur, dan jamban berada di belakang sebagai bangunan tambahan yang dihubungkan melalui hambate, yang berarti jembatan, ke rumah induk. 37. Rumah Adat Buton Sulawesi Tenggara Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Banguanannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin keatas makin kecil atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar. Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang. Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala da semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong. Dengan melihat jumlah tiang sampingnya dapat diketahui siapa atau apa kedudukan si pemilik. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4 buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat biasa. Rumah adat bertiang samping 6 buah akan mempunyai 5 petak atau ruangan, rumah ini biasanya dimiliki oleh pegawai Sultan atau rumah anggota adat kesultanan Buton. Sedangkan rumah adat yang mempunyai tiang samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini khusus untuk rumah Sultan Buton. 38. Rumah Adat Baileo Maluku Jika anda memasuki satu desa atau kampung di Maluku, salah satu hal yang segera nampak menonjol adalah satu bangunan yang berbeda dengan kebanyakan rumah penduduknya. Bangunan ini biasanya berukuran lebih besar, dibangun dengan bahan-bahan yang lebih baik, dan dihias dengan lebih banyak ornamen. Karena itu, bangunan tersebut biasanya sekaligus juga merupakan marka utama landmark kampung atau desa yang bersangkutan, selain mesjid atau gereja. Bangunan itu adalah rumah adat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus tempat seluruh warga berkumpul membahas masalah-masalah yang mereka hadapi. Di Maluku, disebut sebagai “Baileo”, secara harafiah memang berarti “balai”. Baileo Maluku menggunakan istilah “baileo” sebagai namanya, karena memang dimaksudkan sebagai “balai bersama” organisasi rakyat dan masyarakat adat setempat untuk membahas berbagai masalah yang mereka hadapi dan mengupayakan pemecahannya. Bangunan bailem sebagai bangunan induk aslinya tidak berdinding dan merupakan rumah panggung, yakni lantainya tinggi di atas permukaan tanah. Adapula bailem yang lantainya di atas batu semen dan bailen yang lantainya rata dengan tanah. Di antara ketiga macam bailen ini yang paling lazim dan paling khas adalah yang lantainya dibangun di atas tiang. Jumlah tiangnya melambangkan jumlah klen-klen yang ada di desa tersebut. Bailen ini tidak berdinding mengandung maksud roh-roh nenek moyang mereka bebas masuk keluar bangunan tersebut. Sedang lantai bailen dibuat tinggi dimaksudkan agar kedudukan tempat bersemayam roh-roh nenek moyang tersebut lebih tinggi dari tempat berdiri rakyat di desa itu. Selain rakyat akan mengetahui bahwa permusyawaratan berlangsung dari luar ke dalam dan dari bawah ke atas. 39. Rumah Adat Hibualamo Maluku Utara Rumah Adat Hibualamo diresmikan pada bulan April 2007 dan berfungsi sebagai tempat dilaksanakannya upacara-upacara adat dan sebagai tempat pertemuan pemimpin dan rakyat. Hibualamo memiliki makna universal yakni sebagai pusat kekerabatan tanpa membedakan asal-usul seseorang selama ia menerima nilai-nilai budaya masyarakat Hibualamo. Dari sisi arsitektur, bangunan tradisional ini memiliki ciri khas berbentuk delapan sudut dengan pintu masuk mengarah ke empat mata angin. Orang Tobelo mengistilahkan dengan “wange mahiwara”, pintu bagian timur, “wange madamunu”, pintu bagian barat, “koremie”, pintu bagian utara, dan “korehara”, pintu bagian selatan. Keempat pintu yang menghadap ke keempat mata angin memiliki arti bahwa orang yang datang ke Hibualamo berasal dari berbagai penjuru mata angin yang melambangkan keterbukaan. Siapa saja yang datang akan diterima di Hibualamo. Rumah adat ini sudah mengalami modifikasi dari bentuk aslinya dan merupakan simbol rekonsiliasi dan persatuan bagi masyarakat Halmahera Utara. Di lokasi yang sama juga terdapat bangunan perahu Korakora raksasa yang adalah perahu tradisional asli Tobelo-Galela. 40. Rumah Adat Honai Papua Rumah adat Masyarakat Papua, atau yang biasa disebut dengan Honai. Honai adalah rumah khas Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak memiliki jendela. Sebenarnya, struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai terdiri dari 2 lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Karena dibangun 2 lantai, Honai memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter. Pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki disebut Honai, wanita disebut Ebei, dan kandang babi disebut Wamai. 41. Rumah Adat Nias Kepulauan Nias, Sumatra Utara Rumah adat Nias bahasa Nias Omo Hada adalah suatu bentuk rumah panggung tradisional orang Nias, yaitu untuk masyarakat pada umumnya. Selain itu terdapat pula rumah adat Nias jenis lain, yaitu Omo Sebua, yang merupakan rumah tempat kediaman para kepala negeri Tuhenori, kepala desa Salawa, atau kaum bangsawan. Rumah panggung ini dibangun di atas tiang-tiang kayu nibung Oncosperma tigillarium yang tinggi dan besar, yang beralaskan rumbia Metroxylon sagu. Bentuk denahnya ada yang bulat telur di Nias utara, timur, dan barat, ada pula yang persegi panjang di Nias tengah dan selatan. Bangunan rumah panggung ini tidak berpondasi yang tertanam ke dalam tanah, serta sambungan antara kerangkanya tidak memakai paku, hingga membuatnya tahan goyangan gempa. Ruangan dalam rumah adat ini terbagi dua, pada bagian depan untuk menerima tamu menginap, serta bagian belakang untuk keluarga pemilik rumah. Di halaman muka rumah dahulu biasanya terdapat patung batu, tempat duduk batu untuk berpesta adat, serta di lapangan desa ada batu-batu besar yang sering dipakai dalam upacara lompat batu. Saat ini peninggalan batu dari masa Megalitik seperti itu yang keadaanya masih baik dapek dilihat di desa-desa Bawomataluwo jo Hilisimaetano. Ada sejenis rumah adat tertentu yang dahulu dipakai khusus untuk rumah berhala-berhala orang Nias, yang dinamakan Osali. Karena di saat ini sebagian besar masyarakat Nias telah memeluk agama Kristen Protestan, maka nama itu dipakai pula untuk menyebut gereja. Demikianlah pembahasan mengenai 41 Rumah Adat Pada 34 Provinsi Di Indonesia Lengkap Dengan Gambar dan Keterangan Penjelasannya semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂 Baca Juga Suku Minangkabau – Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Kekerabatan, Bahasa, Makanan, Pakaian, Rumah Adat Suku Nias – Rumah Adat, Bahasa, Kepercayaan, Marga, Asal Usul, Mata Pencaharian, Baju Adat, Alat Musik, Budaya, Makanan Dan Minuman Nama Rumah Adat Tradisional Di Pulau Jawa Paling Terkenal Nama Rumah Adat – Papua, Jawa, Daerah, Aceh,34 Provinsi “Senjata Adat Tradisional ” Pengertian & Contoh – Fungsi – Bagian Suku Dayak Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Dan Sistem Kepercayaan Beserta Bahasanya Secara Lengkap Suku Sunda – Sejarah, Kebudayaan, Pakaian, Rumah, Tari, Kepercayaan, Kekerabatan, Bahasa, Makanan Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
Indonesia memang memiliki kekayaan budaya yang tak terkira. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah memiliki adat istiadat yang khas. Salah satu budaya itu adalah beraneka ragamnya model rumah adat yang ada di setiap daerah. Nah, di bawah ini ada beragam gambar rumah adat dari 34 Provinsi di Indonesia yang bisa kamu pelajari, lho. Yuk, kita kepo-in rumah adat ini satu per satu. Ragam Rumah Adat Indonesia, Lengkap dari 34 Provinsi 1. Aceh 1. Rumoh Aceh Image source Yang ini asalnya dari Tanah Rencong, punya keunikan karena tingginya yang mencapai 8 meter, guys. 2. Krong Bade Image source Bumi Serambi Mekah juga punya rumah adat yang kaya ukiran bermotif Islami, flora, hingga fauna, yang nama nya Krong Bade. 3. anteut Image source Kalau yang ini dulunya dihuni oleh masyarakat kelas menengah ke bawah saja, guys. Bahannya pun cuma mengambil daun dan pelepah Pohon Rumbi untuk atap dan dinding. 4. Rangkang Image source Nah, yang ini biasanya dipakai para petani Naggroe Aceh Darussalam untuk beristirahat di sela-sela menggarap sawah, makanya hanya memiliki satu ruangan. 2. Sumatera Utara 1. Rumah Bolon Image source Kalau yang di gambar ini kadang disebut juga dengan nama Rumah Gorga. Keunikannya memiliki banyak ornamen yang dipercaya Suku Batak, sebagai masyarakat setempat, untuk menangkal hal negatif. 2. Rumah Karo Image source Nah, rumah adat yang juga dinamakan Siwaluh Jabu ini menjadi rumah adat yang paling megah dan bisa dihuni oleh 8 keluarga. 3. Rumah Mandailing Image source Untuk hunian raja, masyarakat Batak punya rumah yang nama nya Rumah Mandailing, atau disebut juga Bagas Godang, yang memiliki halaman luas untuk prosesi adat dan muswarah. 4. Rumah Pakpak Image source Kalau yang di gambar ini dihuni oleh Suku Pakpak, yang dibangun dengan banyak ornamen di setiap dinding kayunya. 5. Rumah Nias Image source Nah, yang terakhir dari Sumatra Utara, ada rumah berbentuk persegi yang disebut Rumah Nias, guys. Yang ini dihuni oleh rakyat biasa, ya. 3. Sumatera Barat 1. Rumah Gonjong Ampek Baanjuang Image source Dari tanah Minang, berdiri rumah adat seperti di foto, yang punya anjungan di kanan-kirinya untuk membedakannya dengan rumah ada lainnya di Sumatera Barat. 2. Rumah Gonjong Anam Image source Rumah yang ini dikenal punya banyak jendela dan dindingnya dibuat dari papan kayu. 3. Rumah Gadang Batingkek Image source Kalau kamu pergi ke Singkarak, rumah bertingkat ini bisa kamu jumpai, lho. 4. Rumah Gadang Surambi Papek Image source Dulunya, rumah ini memiliki pintu masuk di bagian belakang rumah. Tapi sekarang sudah mengalami modernisasi, dengan pintu masuk di bagian depan. 5. Rumah Gadang Gonjong Limo Image source Kalau yang ini bisa kamu temukan di Payakumbuh, dengan ciri khas tambahan gonjong di kanan-kirinya. 6. Rumah Gadang Jenis Gajah Maharam Image source Rumah ini memiliki 5 gonjong, 4 buah terletak di atap dan 1 lagi terletak di depan untuk pelindung tangga masuk rumah. Unik nya, rumah ini kebanyakan menghadap utara, lho. 7. Rumah Ganjong Sibak Baju Image source Nah, di Padang berdiri juga nih rumah adat yang dibangun mengacu Gajah Maharam, dengan ukiran dinding yang mirip belahan baju. 4. Sumatera Selatan 1. Rumah Limas Image source Berali ke Sumatera Sleatan, ada Rumah Limas yang tinganya dibuat dari Kayu Tembesu dan atap, dinding, serta lantainya dibangun dari Kayu Unglen. 2. Rumah Tatahan Image source Eits, kalau yang ini dibuat dari Kaya Tembesu saja, dengan ornamen ukiran di dindingnya yang dibuat dengan cara dipahat, guys. 3. Rumah Kilapan Image source Nah, yang ini dindingnya dibikin tanpa ukiran guys, dengan tiang yang tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan hanya menopang batu sebagai penguat. 4. Rumah Cara Gudang Image source Rumah tradisional ini bentuknya memanjang seperti gudang, sehingga disebut dengan nama Rumah Cara Gudang. 5. Rumah Padu Kingking Image source Guys, yang ini dibikin dari bambu dan kayu, ya. Kayu untuk tiang-tiangnya, sedangkan bambu untuk membuat dinding dan atapnya yang berbentuk piabung. 6. Rumah Padu Ampar Image source Nah, yang ini atapnya berbentuk piabung juga dengan tangga depan yang dibuat dari bambu untuk jalan masuk. 7. Rumah Rakit Image source Keunikan dari rumah ini adalah benar-benar mengapung di atas air, guys. Rakitnya dibikin dari susunan balok kayu dan potongan bambu, dengan tiang di keempat sudutnya supaya rumah tidak berpindah. 5. Riau 1. Rumah Atap Lontik Image source Keunikan dari rumah tradisional ini adalah anak tangganya yang berjumlah lima, sebagai ilustrasi lima rukun Islam. Tapi, kadang juga jumlahnya juga lebih dari lima, yang penting ganjil. 2. Rumah Balai Selaso Jatuh Image source Yes, yang ini bukan rumah hunian lho, tapi rumah untuk musyawarah adat, dengan ornamen ukiran hewan dan tumbuhan di dindingnya. 3. Rumah Adat Melayu Atap Limas Potong Image source Nah, kalau rumah adat ini dikenal memiliki banyak hiasan yang menggambarkan strata ekonomi penghuninya, guys. 4. Rumah Selaso Jatuh Kembar Image source Kalau yang ini memang mirip Balai Selaso Jatuh, bedanya adalah Rumah Selaso Jatuh Kembar difungsikan untuk tempat hunian pemiliknya. 5. Rumah Melayu Lipat Kajang Image source Keunikan dari bangunan ini adalah strukturnya yang mirip perahu, dengan atap yang disebut Lipat Kajang karena melengkung ke atas. 6. Rumah Belah Bubung Image source RUmah ini dinamakan demikian karena desainnya seperti rumah yang terbelah dua, guys. 7. Rumah Singgah Sultan Siak Image source Rumah yang berwarna biru, kuning dan krem ini merupakan rumah singgah untuk Sultan Syarif Qasim II, yang merupakan Sultan Siak. 6. Kepulauan Riau 1. Belah Bubung Image source Bangunan adat ini dibuat dari bahan yang mengambil dari alam, antara lain, rotan, kayu, bambu, daun rumbia dan daun ripah. 7. Kepulauan Bangka Belitung 1. Rumah Panggung Image source Keunikan dari rumah panggung ini adalah atapnya yang sekilas mirip pelana kuda dan dindingnya yang tidak dicat dengan warna mencolok karena aturan adat setempat. 8. Jambi 1. Rumah Kajang Leko Image source Nah, kalau yang ini memiliki keunikan di bagian atapnya yang melengkung mirip perahu. 2. Rumah Batu Pangeran Wirokusumo Image source Kalau yang ini merupakan rumah pemberian Belanda kepada Pangeran Wirokusumo karena jasanya memberikan informasi persembunyian Raden Mattaher. 3. Rumah Adat Merangin Image source Guys, tau ga uniknya rumah yang disebut juga Rumoh Tuo Rantau ini? Bangunan yang dibuat memanjang ini tidak memakai paku sama sekali saat didirikan. 9. Bengkulu 1. Bubungan Lima Image source Dinamakan demikian, karena rumah adat ini memiliki atap yang berbentuk bubungan yang jumlahnya ada lima. 10. Lampung 1. Nuwou Sesat Image source Rumah ini dulunya dipakai untuk upacara adat dan musyawarah, lho guys. 2. Nuwou Balak Image source Kalau yang ini fungsinya sebagai tempat tinggal kepala adat, dengan banyak beranda di sekeliling bangunannya. 11. Banten 1. Sulah Nyanda Image source Nah, di daerah Banten kamu bisa menemukan rumah adat yang terbuat dari Pohon Mahoni untuk tiangnya dan anyaman bambu untuk dindingnya ini. 12. Jawa Barat 1. Imah Badak Heuay Image source Disebut dengan nama demikian, Badaj Heuay itu artinya badak yang menguap lho, seperti bentuk atap ini yang menyerupai badak menguap. 2. Imah Togog Anjing Image source Yang ini, biasanya didirikan di area sawah atau hutan, dengan atap yang belapis dua dan bentuk segitiga. 3. Imah Julung Ngapak Image source Atap bangunan ini berbentuk melebar ke sisi kiri dan kanan, sama seperti filosofi namanya yang berarti burung yang mengepakkan sayap. 4. Imah Jolopong Image source Kalau yang ini guys, atapnya berbentuk segitiga sama kaki, lho. 5. Imah Perahu Kumurep Image source Kalau yang ini atapnya seperti perahu terbalik, sehingga di namakan Perahu Kumurep. 6. Imah Capit Gunting Image source Nah, yang ini merupakan rumah adat tertua di Tanah Sunda, guys. Coba deh lihat dari depan, atapnya menyerupai gunting yang menyilang, lho. 7. Rumah Kasepuhan Image source Kalau yang ini, dulunya dipakai untuk latihan prajurit perang dan tempat pengadilan, guys. 8. Rumah Saung Ranggon Image source Rumah adat Suku Sunda ini dindingnya dibuat dari bilik bambu dan kerangkanya dibikin dari kayu. 13. DKI Jakarta 1. Rumah Kebaya Image source Keunikan dari warisan budaya Betawi ini adalah serambinya yang dibuat sangat luas, untuk menampung tamu dalam jumlah yang banyak. 2. Joglo Betawi Image source Yang membedakan Joglo Betawi dengan Joglo Jawa adalah penggunan tiang penyangga untuk pembagian kamar. 3. Rumah Adat Betawi Gudang Image source Bangunan rumah ini memanjang ke belakang, dengan atap yang menyerupai pelana kuda. 4. Rumah Adat Betawi Panggung Image source Kalau yang ini sering dipakai masyarakat Betawi di daerah pesisir dengan bentuk panggungnya untuk menghindari air laut pasang. 14. Jawa Tengah 1. Rumah Joglo Image source Nah, ini dia Joglo Jawa Tengah yang dikenal memiliki denah ruangan sangat luas, guys. 2. Rumah Mangkurat Image source Kalau yang ini memiliki keunikan atapnya yang bersusun tiga dengan sudut kemiringan berbeda-beda juga. 3. Rumah Pangrawit Image source Sekilas, rumah ini mirip Rumah Mangkurat, tapi ukuran atapnya lebih kecil dan bangunan yang lebih pendek. 4. Rumah Joglo Hageng Image source Model rumah ini lebih kecil lagi dibandingkan Rumah Mangkurat ataupun Rumah Pangrawit, meskipun sekilas bentuknya mirip. 5. Rumah Joglo Sinom Image source Kalau yang ini atapnya membumbung tinggi, lebih tinggi daripada atap Rumah Joglo Hageng, tapi ukuran bangunannya lebih kecil. 6. Rumah Joglo Lawakan Image source Keunikan dari rumah adat ini adalah atapnya yang berbentuk lebih runcing dibandingkan rumah Joglo lainnya. 7. Rumah Joglo Jompongan Image source Kalau Rumah Joglo Jompongan ini punya ciri atapnya yang dua susun, dengan bumbungan yang memanjang ke area kiri dan kanan samping rumah. 8. Rumah Joglo Semar Tinandhu Image source Ciri khas utama dari rumah model Joglo ini adalah tidak memiliki tiang penyangga, melainkan langsung dinding saja. 9. Rumah Panggang Pe Image source Kalau rumah adat ini, punya tiang yang jumlahnya empat atau enam, dengan setengah tiang bagian depan dibikin lebih pendek dari tiang belakang. 10. Rumah Tajug Image source Nah, kalau rumah bangunan tradisional di atas difungsikan sebagai tempat ibadah dan upacara sakral, guys. 11. Rumah Limasan Image source Dinamakan demikian, karena atap rumah yang ada di foto memang berbentuk limas. 15. DI Yogyakarta 1. Bangsal Kencono Image source Bangunan yang ada di gambar merupakan tempat tinggal kediaman Sultan Hamengkubuwono di Jogja, guys. 16. Jawa Timur 1. Rumah Joglo Situbondo Image source Karena sama-sama digunakan oleh Suku Jawa, Joglo jawa Tengah dan Joglo Jawa Timur bentuknya mirip-mirip, guys. 2. Rumah Adat Using Image source Nah, kalau kamu ke Banyuwangi, pasti deh dengan mudah menemukan bangunan ini. 3. Rumah Adat Suku Tengger Image source Kalau yang ini, dibuat oleh Suku Tengger yang mendiami lereng Gunung Bromo. Uniknya, jendela di rumah ini hanya ada satu atau dua saja. 4. Rumah Adat Dhurung Image source Rumah adat di atas biasa dipakai untuk istirahat petani selepas menggarap sawah. 5. Rumah Joglo Sinom Image source Nah, rumah adat yang ada di foto itu memiliki keunikan tiangnya yang bisa mencapai 36 buah, lho guys. 6. Rumah Joglo Jompongan Image source Kalau bangunan yang ada di gambar atas, merupakan basic dari semua jenis Joglo di Jawa lho, guys. 7. Rumah Limasan Lambang Sari Image source Kalau bangunan ini memiliki ciri tiangnya yang ada 16 buah dan atap bersusun dua yang ada di empat sisi. 8. Rumah Limasan Trajumas Image source Kalau kamu menjumpai rumah adat yang di gambar, cek deh tiangnya pasti ada enam biji, yang membagi ruang tengah dan rong rongan dengan luas yang sama. 9. Rumah Limasan Trajumas Lawakan Image source Mirip dengan Rumah Limasan Trajumas, kalau rumah yang digambar bedanya memiliki emper yang mengelilingi bangunan rumah. 17. Bali 1. Rumah Angkul-angkul Image source Kalau kamu menjumpai rumah Angkul-angkul, pasti deh ada gapura yang mirip seperti candi di bagian depannya. 2. Rumah Aling-aling Image source Kalau rumah yang ada fi foto, bentuknya menyerupai gazebo, yang biasa dipakai pemilikinya untuk mengukir patung. 3. Rumah Pamerajan Image source Kalau yang ini, difungsikan sebagai bangunan pura keluarga untuk beribadah kepada Sang Pencipta. 4. Rumah Bale Meten Image source Fungsi rumah adat di atas adalah sebagai tempat tidur kepala keluarga ataupun untuk anak gadis yang belum bersuami. 5. Rumah Bale Dauh Image source Nah, Bale Dauh difungsikan sebagai tempat menerima tamu lho, guys. 6. Rumah Bale Sekapat Image source Kalau bangunan di foto itu sekilas mirip gazebo juga, dengan struktur tiang yang hanya berjumlah empat saja dan atap yang tersusun dari perpaduan genteng dan jerami. 7. Rumah Bale Gede Image source Karena fungsinya untuk prosesi adat, makanya Bale Gede punya ukuran yang lebih besar daripada bangunan lainnya. 8. Rumah Paweregan Image source Kalau yang ini, fungsinya sebagai dapur tempat memasak dan untuk menyimpan bahan makanan, makanya deh letaknya ada di bagian belakang. 9. Rumah Jineng Image source Untuk menyimpan gabah, masyarakat Bali punya bangunan tersendiri yang dinamakan Rumah Jineng. Gabah basah diletakkan di bawah, sedangkan yang sudah kering ada di atas. 18. Kalimantan Barat 1. Rumah Betang Radakng Image source Contoh rumah yang ada di foto, memiliki panjang hingga 138 meter dan tinggi 7 meter, lho. Sehingga bisa ditinggali 600 orang. 2. Rumah Betang Image source Kalau contoh rumah yang ada di gambar di atas, panjangnya 150 meter, dengan lebar hingga 30 meter. Wow, luas banget ya, guys. 3. Rumah Baluk Image source Kalau rumah yang berbentuk lingkaran berdiameter 10 meter itu, biasa digunakan Suku Dayak Bidayuh untuk ritual adat. 4. Rumah Adat Melayu Image source Nah, yang ini bangunannya dipengaruhi tradisi Jawa, dengan model atap berbentuk segitiga untuk sirkulasi udara dan kolong bawah untuk parkir kendaraan. 5. Rumah Panjang Image source Guys, rumah ini panjangnya hingga 180 meter lho, dengan susunan ruangan hingga 50 ruang, biasa dipakai Suku Dayak menjalankan kehidupan sehari-hari bersama keluarga besarnya. 19. Kalimantan Selatan 1. Rumah Bubungan Tinggi Image source Dinamakan demikian, karena atapnya runcingnya itu dinamakan bumbungan tinggi lho, guys. 2. Rumah Gajah Baliku Image source Kalau rumah adat yang digambar, digunakan untuk rakyat biasa, berbeda dengan RUmah Bubungan Tinggi yang digunakan oleh sultan dan bangsawan kerajaan. 3. Rumah Gajah Manyusu Image source Ciri khas dari Rumah Gajah Mayusu adalah atapnya yang menyerupai perisai buntung. 4. Rumah Palimasan Image source Nah, kalau rumah adat di atas, jenisnya ada 2, yakni rumah dengan anjungan dan rumah tanpa anjungan. 5. Rumah Balai Laki Image source RUmah adat yang tampak sederhana di atas, memakai pelana untuk menutup bagian serambi. 6. Rumah Balai Bini Image source Dulunya, rumah adat yang sederhana seperti di gambar tersebut dipakai sebagai hunian para putri. 7. Rumah Tadah Alas Image source Model rumah adat ini merupakan pengembangan dari Rumah Balai Bini, dengan penambahan kanopi di depan. 8. Rumah Lanting Image source Masyarakat Banjar cukup dekat dengan warisan budaya leluhur berupa rumah apung seperti di gambar tersebut. 9. Rumah Bangun Gudang Image source Kalau rumah yang ada di foto di atas, biasanya dipakai pedagang Tionghoa. 10. Rumah Palimbangan Image source Untuk saudagar kaya dan ulama, punya rumah berukuran besar dan megah, yang disebut Rumah Palimbangan. 20. Kalimantan Tengah 1. Rumah Betang Muara Mea Image source Jika kamu dsedang ada di Kabupaten Barito Utara, jangan lupa deh mampir ke rumah adat yang satu ini. 2. Rumah Betang Tambaba Image source Di Barito Utara, juga masih terdapat rumah adat seperti di gambar, yang dibuat dari Kayu Ulin. 3. Rumah Betang Toyoi Image source Nah, rumah tradisional ini kini masih bisa ditemui lho di Desa Tumbang Malahoi. 4. Rumah Betang Damang Batu Image source Guys, kalau rumah adat yang di gabar tersebut merupakan warisan Tamanggung Runjan yang dulunya dibangun pada tahun 1868, lho. 5. Rumah Betang Desa Tumbang Bukoi Image source Rumah dengan dominasi warna hitam seperti di foto merupakan tempat hunian asli Suku Dayak di Kalimantan. 6. Rumah Betang Sei Paseh Image source Kalau rumah adat di foto tersebut kini kondisinya sudah mengalami pemugaran modern, karena terbatasnya bahan-bahan tradisional untuk merenovasinya kembali. 7. Rumah Betang Pasir Panjang Image source Nah, kalau kamu sedang berkunjung ke Pangkalan Bun, jangan lupa deh mengunjungi wisata rumah adat yang satu ini. 8. Huma Gantung Image source Suku Dayak juga memiliki rumah adat yang disebut Huma Gantung, yang berarti rumah di ketingguan atau rumah panggung. 21. Kalimantan Utara 1. Baloy Image source Untuk keperluan musyawarah, pertemuan, dan kegiatan ada, Suku Tidung punya Baloy untuk melaksanakannya. 22. Kalimantan Timur 1. Rumah Lamin Image source Struktur Kayu Ulin sebagai penopang rumah adat di atas, terkenal sangat kuat lho, guys. 2. Rumah Bulungan Image source Nah, bangunan di atas mengadopsi arsitektur gaya kolonial yang dipakai sebagai tempat pertemuan warga. 3. Rumah Betang Image source Wow, rumah ini bisa menampung 150 jiwa lho, dengan model panggung yang digunakan untuk menghindari banjir dan serangan hewan buas. 4. Rumah Paser Image source Keunikan dari rumah adat yang di foto tersebut adalah sebarannya yang selalu menghadap ke arah sungai. 5. Rumah Adat Suku Wehea Image source Uniknya dari bangunan adat yang satu ini adalah saling terhubung dengan jembatan, guys. 23. Gorontalo 1. Rumah Dulohupa Gorontalo Image source Dulunya, rumah adat di atas dipakai untuk keperluan meeting keluarga kerajaan. 2. Rumah Bandayo Poboide Image source Kalau rumah adat yang ini dipakai untuk istana raja. 3. Rumah Ma’lihe atau Potiwaluya Image source Keunikan dari bangunan tradisiolan pada gambar tersebut adalah ruangannya yang berbentuk segi empat, sebagai ilustrasi elemen alam yang jumlahnya empat, yakni tanah, air, udara, dan api. 4. Rumah Gobel Image source Nah, rumah adat di atas saat ini masih ada bangunannya dan sering dipakai untuk keperluan pemerintah setempat. 24. Sulawesi Utara 1. Walewangko Image source Rumah adat Walewangko memakai kayu sebagai bahan utama bangunannya, dengan tangga masuk dari arah kiri dan kanan.. 25. Sulawesi Barat 1. Boyang Image source Rumah adat yang atapnya berbentuk prisma seperti di atas, punya tangga masuk dari arah depan dan belakang rumah, lho. 26. Sulawesi Tengah 1. Rumah Tambi Image source Uniknya dari rumah adat tersebut adalah dilarang membelakangi matahari, sehingga didirikan selalu menghadap ke utara. 2. Rumah Souraja Image source RUmah yang punya arsitektur Bugis ini hanya ditempati kaum bangsawan. 3. Rumah Lobo Image source Untuk keperluan meeting dan kegiatan adat, Rumah Lobo biasa dipakai oleh warga setempat. 27. Sulawesi Selatan 1. Rumah Adat Suku Makassar Image source Keunikan dari rumah ini adalah atapnya yang dibuat dari alang-alang, rumbia, bambu dan nipah serta bentuknya yang punya puncak segitiga di bagian ujung depan dan belakang, yang disebut timbak sela. 2. Rumah Adat Suku Bugis Image source Rumah adat tersebut dibagi jadi tiga ruang, yakni boting langiq, buri liu, dan ale kawaq. 3. Rumah Adat Suku Luwuk Image source Wah, kalau rumah adat yang satu ini dibangun dengan tiang berjumlah 88 buah, lho. 4. Rumah Adat Soa Roja Image source Eits, rumah adat ini sudah didesain portable lho, alias bisa bongkar pasang kalau sewaktu-waktu mau pindah tempat. 5. Rumah Adat Bola Image source Memiliki corak flora, fauna dan alam, rumah tradisional di atas biasa dipakai utuk tempat hunian masyarakat setempat, lho. 6. Rumah Tongkonan Image source Suku Toraja punya rumah adat yang disebut Tongkonan, dengan desain atap yang dilengkapi ijuk hitam dan bentuk menyerupai perahu terbalik. 28. Sulawesi Tenggara 1. Rumah Mekongga Image source Nah, rumah panggug seperti gambar di atas, punya ukuran besar dengan bentuk segi empat, lho. 2. Rumah Laikas Image source Masyarakat setempat biasa menggunakan kolong rumah sebagai tempat hewan ternaknya yang berupa ayam dan babi. 3. Rumah Banua Tada Image source Keunikan yang dimiliki rumah adat seperti di foto adalah bangunannya dibuat tanpa memakai paku. 4. Rumah Buton Image source Atap rumah Buton tergolong unik, karena bertumpang dua. 29. Maluku 1. Balieo Image source Keunikan dari bangunan adat yang satu ini adalah dibuat tanpa dinding lho, dengan tujuan memudahkan roh nenek moyong masuk dan keluar rumah. 30. Maluku Utara 1. Rumah Balieo Image source Biasanya rumah tradisional di Maluku Utara di atas, dipakai untuk kegiatan adat dan menyimpan benda suci. 2. Rumah Sasadu Image source Bangunan berbentuk rumah panggung tersebut bukan untuk hunian, melainkan dipakai untuk musyawarah dan keperluan adat. 3. Rumah Hibualamo Image source Nah, yang ini digunakan sebagai simbol perdamaian setelah konflik SARA tahun 1999-2001 lho, guys. 31. Nusa Tenggara Barat NTB 1. Rumah Dalam Loka Image source Uniknya dari bangunan yang diarsiteki langsung oleh Raja Sumbawa ini adalah tiangnya yang berjumlah 99, sama seperti jumlah asmaul husna. 2. Rumah Istana Sumbawa Image source Selain dipakai sebagai tempat tinggal raja, Rumah Istana Sumbawa juga dipakai menyimpan benda pusaka peninggalan leluhur. 3. Rumah Bale Image source Pembangunan rumah Bale mesti mengikuti waktu yang ditentukan, karena kalau tidak, dipercaya bisa menimbulkan mala petaka. 4. Rumah Bale Lumbung Image source Keunikan dari rumah adat di atas bisa dilihat pada puncaknya yang terlihat meruncing. 5. Rumah Bale Jajar Image source Rumah ini hanya dipakai masyarakat dengan strata sosial menengah ke atas, lho. 6. Rumah Berugaq Sekenam Image source Untuk keperluan belajar tata krama, masyarakat setempat membangun rumah adat Berugaq Sekenam. 32. Nusa Tenggara Timur NTT 1. Rumah Musalaki Image source Rumah yang dibuat dari jerami ini dipakai utuk keperlua upacara adat. 2. Rumah Mbaru Niang Image source Uniknya dari rumah adat di atas adalah punya atap bertingkat lima. 3. Rumah Sao Ata Mosa Lakitana Image source Rumah ini tidak punya tiang lho sebagai penyangga. 33. Papua 1. Rumah Honai Image source Rumah ada ini berukuran kecil guys, dengan diameter hanya 5 meter saja. Kamu bisa menemukannya di daerah lembah dan daratan di Papua. 2. Rumah Ebai Image source Kalau bangunan tradisional di atas layaknya sekolah guys, sebagai tempat menuntut ilmu anak-anak Papua. 3. Rumah Wamai Image source Mirip Honai, tapi bangunan tersebut diperuntukkan untuk memelihara hewan ternak. 4. Rumah Kariwari Image source Untuk anak laki-laki usia 12 tahun, bisa belajar di tempat ini, guys. 5. Rumah Rumsram Image source Untuk melatih tanggungjawab, ketangkasan, dan kekuatan anak laki-laki, digunakanlah Rumah Rumsram sebagai balai pendidikan. 34. Papua Barat 1. Rumah Honai Image source Suku Dani di Papua memakai Honai untuk tempat tinggal. Tidak memiliki jendela, rumah mungil ini hanya memiliki satu pintu. 2. Rumah Adat Kaki Seribu Image source Banyaknya tiang penyangga yang tersebar di semua bagian rumah ini, menjadi sebab rumah di atas disebut Rumah Kaki Seribu. Guys, itu tadi beragam rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia. Gimana, unik dan khas bukan?
Tidak hanya keanekaragaman hayati, Indonesia juga memiliki ragam agama, kepercayaan, suku, budaya serta adat istiadat tiap daerah, termasuk rumah adat yang menjadi identitas masyarakat. Di setiap provinsi, rumah tradisional menjadi ikon wilayahnya masing-masing. Rumah adat merupakan warisan turun temurun nenek moyang yang harus dijaga kelestariannya. Masing-masing desain rumah adat memiliki gaya arsitek bangunan tersendiri, mulai dari bahan pembuatan rumah, bentuk rumah, struktur bangunan, simbol, keunikan, fungsi serta dan sejarah rumah tradisional dari Sabang hingga Merauke. Rumah Adat di IndonesiaRumah Adat Aceh Rumah Krong BadeRumah Adat Sumatera Utara Rumah BolonRumah Adat Sumatera Barat Rumah GadangRumah Adat Riau Rumah Selaso Jatuh KembarRumah Adat Kepulauan Riau Rumah Belah BubungRumah Adat Jambi Rumah Panggung Kajang LekoRumah Adat Bengkulu Rumah Bubungan LimaRumah Adat Sumatera Selatan Rumah LimasRumah Adat Bangka Belitung Rumah Rakit LimasRumah Adat Lampung Rumah Nowou SesatRumah Adat Kalimantan Barat Rumah PanjangRumah Adat Kalimantan Tengah Rumah BetangRumah Adat Kalimantan Selatan Rumah Bubungan TinggiRumah Adat Kalimantan Timur Rumah LaminRumah Adat Kalimantan Utara Rumah BaloyRumah Adat Sulawesi Selatan Rumah TongkonanRumah Adat Sulawesi Barat Rumah MandarRumah Adat Gorontalo Rumah DulohupaRumah Adat Sulawesi Utara Rumah PewarisRumah Adat Sulawesi Tengah Rumah TambiRumah Adat Sulawesi Tenggara Rumah Buton MaligeRumah Adat Maluku Rumah BaileoRumah Adat Maluku Utara Rumah SasaduRumah Adat Papua Rumah HonaiRumah Adat Papua Barat Rumah Mod Aki AksaRumah Adat Teluk Cendrawasih Rumah LgkojeiRumah Adat Nusa Tenggara Timur Rumah MusalakiRumah Adat Nusa Tenggara Barat Rumah Dalam LokaRumah Adat Bali Rumah Gapura Candi BentarRumah Adat Madura Rumah Tanean LanjhanRumah Adat Jawa Timur Rumah JogloRumah Adat Jawa Tengah Rumah JogloRumah Adat DIY Rumah Bangsal KenconoRumah Adat Jawa Barat Rumah SundaRumah Adat Banten Rumah BaduiRumah Adat Jakarta Rumah KebayaPembangunan Rumah Adat Setidaknya ada 34 jenis rumah tradisional di Indonesia, jumlah tersebut mewakili total provinsi yang ada di nusantara. Sebagai generasi modern, sudah seharusnya kita mengetahui bentuk dan penjelasan rumah tradisional yang menjadi peninggalan leluhur kita. Tujuannya, agar kita dapat terus melestarikan budaya-budaya bangsa. Berikut adalah daftar lengkap rumah adat di Indonesia beserta gambarnya, antara lain Rumah Adat Aceh Rumah Krong Bade Aceh merupakan provinsi paling barat di Indonesia yang berstatus Daerah Istimewa seperi Yogyakarta. Rumah adat Nangroe Aceh Darussalam yang bernama rumah Kronge Bade ini berbentuk rumah panggung dan dibuat dari bahan kayu, atap rumbia serta lantai bambu. Di bagian depan rumah tradisional Aceh terdapat satu tangga sebagai akses keluar masuk rumah. Keunikannya adalah jumlah anak tangga rumah warga Aceh yang berjumlah ganjil. Jumlah rumah asli Aceh ini semakin hari semakin sedikit dan sulit ditemukan. Desain-desain rumah modern berbagan batu bata lebih dipilih sehingga rumah adat Kronge Bade tidak lagi banyak diminati. Selain lebih ekonomis, pertimbangan lain orang-orang Aceh tidak membuat rumah tradisional adalah biayanya yang mahal karena menggunakan bahan bangunan berupa kayu keras dari hutan. Di dalam rumah Aceh biasanya terdapat lukisan asli Aceh yang digunakan sebagai hiasan rumah kuno. Hal ini menambah daya tarik rumah tradisonal Aceh sehingga wisatawan banyak perkunjung untuk melihatnya. Rumah Adat Sumatera Utara Rumah Bolon Rumah adat Bolon adalah rumah tradisional asli provinsi Sumatera Utara. Rumah ini adalah rumah suku Batak yang terdiri dari beberapa jenis, seperti rumah Bolon Simalungun, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon Toba, rumah Bolon Pakpak, rumah Bolon Karo dan rumah Bolon Angkola. Ciri rumah Bolon adalah bentuknya berupa rumah panggung dengan tiang penyangga di tengah serta bentuk atapnya yang cekung atau melengkung. Di dalam rumah asli Sumatera Utara ini biasanya dihiasi ornamen khas berwarna merah, putih, dan hitam sebagai wujud budaya suku Batak. Rumah Adat Sumatera Barat Rumah Gadang Gadang atau rumah Godang adalah rumah suku Minangkabau yang terdapat di Padang, Sumatera Barat. Arsitektur melayu sangan kental pada bangunan rumah tradisional Gadang. Bentuk rumah Gadang juga dapat ditemukan di negara tentangga Malaysia. Namun ini bukan berarti pencurian budaya, melainkan adat istiadat kita yang masih serumpun. Ciri rumah Gadang adalah atap mirip tanduk kerbau yang terbuat dari bahan ijuk. Rumah ini dapat menampung banyak anggota keluarga karena berukuran besar. Rumah Adat Riau Rumah Selaso Jatuh Kembar Rumah adat Indonesia yang berasal dari Riau bernama Selaso Jatuh Kembar. Rumah tradisional Riau ini berbentuk panggung memiliki dua selasar, sesuai dengan arti makan Selaso Jatuh Kembar. Selasar yang lebih rendah digunakan untuk berkumpul keluarga atau disebut balai. Rumah kuno ini mulai jarang ditemukan, mungkin hanya ada di desa-desa di Riau. Sekilas, atap rumah di Riau ini mirip dengan atap rumah Joglo. Didalamnya terdapat ukiran melayu seperti selembayung, lebah bergayut, pucuk rebuk dan lain-lain. Rumah Adat Kepulauan Riau Rumah Belah Bubung Geser sedikit, kita akan berjumpa dengan rumah tradisional kepulauan Riau. Rumah bersejarah ini berbentuk panggung dengan beberapa tiang penyangga. Meski berdekatan dengan Riau, namun rumah kuno kepulauan Riau memiliki ciri khas dan perbedaan. Atap rumah adat Kepri bentuknya lebih bervariasi. Rumah Adat Jambi Rumah Panggung Kajang Leko Google Images Rumah adat Panggung Kajang Leko adalah peninggalan asal Jambi. Rumah unik di Indonesia ini memiliki 8 ruangan dan masing-masing ruangan memiliki fungsi. Ruang pertama disebut jogan yang digunakan untuk beristirahat dan biasanya tersedia air minum. Ruang kedua adalah serambi depan yang berfungsi untuk menerima tamu laki-laki. Bagian bangunan adat ketiga adalah ruang serambi dalam untuk tempat tidur laki-laki. Kemudian ruang keempat adalah emben melintang untuk kamar pengantin setelah upacara adat pernikahan. Ruang kelima adalah serambi belakang untuk tidur perempuan. Sedangkan ruang keenam adalah untuk menerima tamu perempuan yang dinamakan leren. Ruang ketujuh adalah garang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan dan air. Paling belakang atau rumah kedepalan dari rumah tradisional Jambi digunakan untuk dapur atau memasak makanan bagi anggota keluarga. Rumah Adat Bengkulu Rumah Bubungan Lima Wikipedia Commons Rumah tradisional Bubungan Lima atau rumah rakyat adalah rumah adat Bengkulu. Gaya bangunan adat panggung ini cukup rumit, terdapat ruangan khusus adat seperti ruang berendo atau dalam bahasa Indonesia adalah beranda rumah untuk menerima tamu. Kamar utama rumah asli Bengkulu disebut bilik gadang untuk laki-laki dan biliki gadis untuk perempuan. Kayu medang kemuning adalah bahan utama pembuatan rumah kuno Bengkulu ini. Rumah Adat Sumatera Selatan Rumah Limas Rumah tradisional Sumatera Selatan bernama rumah Limas. Sesuai dengan namanya, atap rumah adat berbentuk limas dengan arsitektur panggung sederhana. Rumah Limas terkenal akan kekuatannya karena dibuat dari kayu pohon ulin serta tembesu. Rumah Limas ukurannya tidak terlalu besar dan memiliki teras di bagian depan dan samping rumah. Bagian tengah rumah asli Sumatera Selatan ini terdapat ruangan kecil untuk tempat tinggal. Rumah Adat Bangka Belitung Rumah Rakit Limas Meski berupa wilayah kepulauan, Bangka Belitung juga memiliki sejarah rumah adat bernama ruma Rakit Limas. Rumah kuno ini sangat unik karena mengapung di air, seperti danau yang memiliki perairan tenang dan membuat bangunan tidak terombang ambing. Rumah kuno ini memiliki desain pengaruh melayu yang melekat. Tidak jarang pula, rumah tradisional Belitung juga menjadi tujuan wisata budaya dan adat. Rumah Adat Lampung Rumah Nowou Sesat Rumah nenek moyang Lampung disebut Nowou Sesat. Sejarah rumah adat ini dikaitkan dengan arti rumah ibadah oleh masyarakat setempat. Rumah kuno ini didirikan oleh latar belakang keinginan untuk beribadah. Bagi warga Lampung, rumah ini memiliki nilai filosofi yang tinggi. Misalnya dalam membangun keluarga dan mendidik ibadah harus berdasarkan nilai luhur dalam ibadah. Sama seperti rumah tradisional di Sumatera lainnya, rumah asli Lampung juga berbentuk rumah panggung dengan atap dari ilalang. Desain rumah termasuk minimal dan terbuat dari kayu. Jika masuk ke dalam rumah Lampung, biasanya kita akan menemukan ornamen pada dinding bangunan. Namun semakin maju zaman, keberadaan rumah adat Lampung sulit ditemukan. Rumah Adat Kalimantan Barat Rumah Panjang Panjang adalah nama rumah tradisional Kalimantan Barat. Rumah ini biasa dibangun oleh suku dayak dengan bentuk panggung dan konstruksinya sangat panjang. Bangunan rumah kuno ini terdiri dari tiang penyangga yang tinggi dan anak tangga lebar. Pembuatannya pun sangat sulit dan menggunakan kayu hutan Kalimantan yang sangat kaya. Rumah asli Kalimantan Barat ini dapat dilihat pada Istana Kesultanan Pontianak yang memiliki corak arsitektur unik di setiap sisi rumah. Bagi masyarakat zaman dahulu, rumah Panjang digunakan untuk tempat tinggal sekaligus sebagai tempat ternak dan menyimpan hasil panen. Rumah Adat Kalimantan Tengah Rumah Betang Provinsi Kalimantan Tengah juga memiliki rumah adat yang disebur Betang. Rumah Betang dan Rumah Panjang asal Kalimantan Barat memiliki beberapa persamaan. Namun yang menjadi pembeda adalah ukuran rumah tradisional Betang yang lebih luas, sekitar 150 meter x 30 meter dengan tinggi bangunan 3 meter hingga 5 meter. Rumah kuno Betang tidak hanya dibangun untuk satu kelaur, melainkan dapat ditinggali hingga 150 jiwa atau 30 hingga 40 keluarga. Rumah besar dan unik ini adalah rumah terbesar di Indonesia urutan kedua. Rumah Adat Kalimantan Selatan Rumah Bubungan Tinggi Wikipedia Commons Kalimantan Selatan adalah daerah yang sebagian besar dihuni oleh suku dayak selatan. Rumah adat di Kalimantan Selatan memiliki ciri khas daripada rumah tradisional lain, rumah ini bernama Bubungan Tinggi. Rumah kuno ini memiliki nilai historis dan menjadi kebanggan bagi warga masyarakatnya. Struktur bangunannya sederhana, kokoh dan tinggi namun tidak seluas rumah peninggalan moyang di provinsi Kalimantan lainnya, sehingga rumah Bubungan Tinggi daya tampungnya lebih sedikit. Rumah Adat Kalimantan Timur Rumah Lamin Suku dayak timur yang menjadi masyarakat Kalimantan Timur membangun rumah tradisional bernama Lamin. Secara sekilas, rumah tradisional dayak ini mirip dengan rumah Panjang. Tetapi bila diukur, ukurannya lebih besar dua kali lipat, yaitu sekitar 300 meter x 15 meter x 3 atau 5 meter. Rumah Lamin menjadi rumah adat paling besar jika dibandingkan dengan rumah asli Indonesia lainnya. Bangunan ini punya cukup ruang untuk menjadi tempat tinggal bagi 250 orang atau 40 hingga 50 keluarga. Fungsi rumah Lamin saat ini dimanfaatkan untuk aula berbagai acara, seperti upacara adat, tarian adat, musyawarah menentukan hukum adat, pernikahan dan sebagainya. Rumah Adat Kalimantan Utara Rumah Baloy situsbudaya,id Rumah tradisional Kalimantan Utara adalah Baloy. Meski tergolong provinsi baru di Indonesia, namun kebudayaan Kalimantan Utara telah ada sejak dahulu. Rumah Baloy memiliki kaitan dengan rumah Suk Tiduk dari wilayah Kalimantan Utara. Rumah adat Baloy merupakan rumah panggung dan telah identitas kebudayaan Kalimantan Utara. Baloy memiliki bentuk bangunan yang indah dan memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan karena ornamen haiasan khas daerah. Rumah Adat Sulawesi Selatan Rumah Tongkonan Sulawesi Selatan adalah rumah bagi suku Toraja. Suku ini memiliki rumah adat bernama Tongkongan yang mempunyai ciri khas pada atap bangunannya. Atap rumah tradisional Sulawesi Selatan ini berbentuk seperti perahu terbalik dan ujungnya menyerupai tanduk. Selain itu, di depan rumah biasanya tergantung kepala kerbau beserta tanduknya yang menarik perhatian. Rumah kuno Tongkongan memiliki dua fungsi utama, yakni untuk rumah tinggal dan menjadi penyimpanan mayat yang telah meninggal setelah dilakukan upacara adat pemakaman. Namun, ruangan penyimpanan mayat terpisah dengan ruang keluarga. Rumah Adat Sulawesi Barat Rumah Mandar Di Sulawesi Barat, nama rumah adatnya adalah Mandar. Rumah tradisional ini didirikan oleh masyarakat suku bugis dan suku toraja. Ciri utama dari rumah Mandar adalah teras yang luas dan anak tangga berjumlah ganjil. Bangunan rumah terbuat dari material kayu yang kuat dan kokoh. Rumah Adat Gorontalo Rumah Dulohupa Rumah adat Dulohupa adalah rumah tradisional asli Gorontalo. Rumah kuno ini dapat menjadi tempat tinggal serta digunakan sebagai tempat muswarah masyarakat. Rumah Dulohupa memiliki ciri berupa atap yang unik dan lebar. Struktur bangunannya berupa rumah panggung yang tiang dan dindingnya terbuat dari kayu. Sebagai bangunan adat Indonesia, rumah unik ini sepatutnya untuk dilestarikan. Rumah Adat Sulawesi Utara Rumah Pewaris Sulawesi Utara memiliki rumah adat bernama Pewaris. Rumah ini adalah kediaman bagi suku minahasa. Rumah leluhur minahasa berdesain rumah panggung dengan tiang balok besar di kanan dan kiri serta dua tangga yang menghadap samping. Hampir seluruh bahan rumah menggunakan kayu keras. Di dalamnya terdapat berbagai ruangan untuk keperluan rumah tangga, seperi kamar tidur, dapur dan ruang keluarga. Ruang emperen adalah ruangan untuk menerima tamu. Sedangkan ruang sangkor adalah tempat menyimpan bahan makanan atau hasil panen berupa padi. Rumah Adat Sulawesi Tengah Rumah Tambi Rumah tradisional Tambi merupakan rumah adat dari Sulawesi Tengah. Rumah ini bentuknya persegi panjang dan arsitekturnya menganur konsep rumah panggung. Hutan Sulawesi yang sangat kaya dan menghasilkan pohon berkayu keras dan kuat banyak dijadikan sebagai material bangunan rumah sejak dahulu. Rumah Tambi nampak kokoh dan kuat sehingga dapat bertahan hingga berpuluh-puluh tahun. Interior rumah tradisional ini cukup lengkap dengan pembagian ruang, seperti ruang utama, dapur, ruang tamu, gudang dengan pembatas atau sekat. Uniknya, rumah ini hanya didirikan menghadap utara atau selatan berdasarkan kepercayaan leluhur. Rumah kuno ini juga menjadi identitas status sosial. Hal tersebut dapat dilihat dai jumlah anak tangga. Orang kaya atau terpandang biasanya memiliki anak tangga berjumlah genap. Sedangkan masyarakat biasanya memiliki tangga rumah tradisional ganjil. Rumah Adat Sulawesi Tenggara Rumah Buton Malige Pada provinsi Sulawesi Tenggara, rumah adatnya bernama rumah Buton. Buton Malige konstruksinya memiliki seni yang menarik. Rumah kuno ini memiliki rancangan empat lantai dan dibangun dengan cara kait kayu tanpa paku maupun pasak. Tentunya, pembangunan rumah tradisional ini membutuhkan keterampilan yang tidak bisa dianggap remeh. Warisan budaya turun temurun menjadikan para tukan pembuat rumah mempunyai kemahiran dalam membuat bangunan dari generasi ke generasi. Rumah Adat Maluku Rumah Baileo Rumah adat di Indonesia yang ada di Maluku adalah rumah tradisional Baileo. Rumah yang terbuat dari kayu ini terlihat bagus dan kokoh. Di banyak kesempatan, rumah ini menjadi balai tempat bermusyawarah yang menunjukkan kebersamaan masyarakat. Selain itu, benda-benda yang dianggap suci juga disimpan di ruamh kuno ini. Pada bagian atap rumah dibangun menggunakan genteng untuk melindungi dari panas dan hujan. Sedangkan pada bagian tiang terdapat ukiran khas budaya Maluku. Rumah Adat Maluku Utara Rumah Sasadu Google Images Rumah kuno Sasadu adalah bangunan adat Indonesia dari Maluku Utara. Sama seperti kebanyakan rumah tradisional di nusantara, Sasadu juga berkonsep rumah panggung dengan dekorasi yang menarik. Keunikan ini dapat terlihat dari jumlah pintu rumah yang berjumlah 6 pintu. Keenam pintu tersebut memiliki fungsi masing-masing sesuai adat istiadat masyarakat Maluku Utara. Dua pintu untuk masuk dan keluar rumah oleh laki-laki. Dua pintu lain untuk keluar dan masuk rumah oleh perempuan. Sedangkan dua pintu rumah adat sisanya digunakan untuk keluar masuk para tamu. Banyaknya pintu rumah tradisional ini menjadikannya sebagai rumah asli Indonesia dengan pintu terbanyak. Rumah Adat Papua Rumah Honai Pulau Papua terbagi menjadi dua provinsi, yaitu Papua dan Papua Barat. Di wilayah Papua, rumah adat dinamakan Honai. Rumah ini jauh sangat sederhana dibanding rumah tradisional di Indonesia lainnya. Rumah Honai memiliki ukuran yang sempit dan pendek. Atapnya terbuat dari ilalang dan dindingnya terbuat dari kayu. Rumah ini berbentuk lingkaran tertutup tanpa jendela dan hanya pintu. Sebenarnya desain ini bukan tanpa alasan, karena suku-suku di Papua banyak tinggal di daerah perbukitan dan lembab, maka rumah Honai dapat memberikan perlindungan berupa kehangatan di dalam rumah. Rumah Adat Papua Barat Rumah Mod Aki Aksa Rumah tradisional masyarakat Papua Barat ini sering dijuluki rumah kaki seribu. Sebab, bentuk tiang penopang rumahnya sangat banyak. Rumah adat bernama Mod Aki Aksa ini strukturnya sederhana seperti rumah Honai, hanya saja bentuknya rumah adat panggung. Di bawah lantai rumah terdapat puluhan bahkan ratusan tiang yang menguatkan rumah agar tetap berdiri kokoh. Bahan material pembuatan rumah asli Papua Barat seperti kayu, pelepah sagu, ilalang dan talid ari kulit pepohonan yang berasal dari hutan belantara. Rumah Adat Teluk Cendrawasih Rumah Lgkojei Google Images Entah bagaimana membaca nama rumah adat tersebut, namun namanya tertulis Lgkojei. Rumah tradisional miliki suku Wamesa ini berada di provinsi Teluk Cendrawasih. Bentuknya mirip rumah Mod Aki Aksa dari Papua Barat, apalagi struktur tiang penopang yang juga berjumlah banyak. Namun rumah warga Teluk Cendrawasih ini lebih tinggi seperti rumah panggung di wilayah nusantara. Selain itu, atapnya juga lebih rapat dan modern. Rumah Adat Nusa Tenggara Timur Rumah Musalaki Musalaki adalah nama rumah adat dari Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan sejarah dan ceritam masyarakat asli NTT, rumah ini dahulunya juga ditinggali oleh para bangsawan, raja dan para ketua suku. Saat ini, rumah tradisional Musalaki masih menjadi tempat tinggal beberapa warga NTT yang hidup di desa-desa. Rumah sederhana ini memiliki makna dan filosofi mendalam bagi warganya. Rumah Adat Nusa Tenggara Barat Rumah Dalam Loka Nusa Tenggata Timur dan Nusa tenggara adalah wilayah dalam satu pulau. Oleh karena iatu, keduanya memiliki rumah adat yang hampir mirip. Rumah tradisional NTB adalah Dalam Loka. Dahulu kala, rumah tradisional ini hanya untuk raja dan kepala adat atau kepala suku. Namun seiring perkembangan juga ditempati oleh masyarakat biasa. Banyak di daerah NTB yang warganya masih tinggal di dalam rumah kuno ini. Rumah Adat Bali Rumah Gapura Candi Bentar Google Images Bali adalah provinsi yang kaya akan budaya serta adat istiadat, seperti tarian, seni lukis, dan aneka wisata budaya. Salah satu bentuk kekayaan adat Bali adalah rumah tradisional bernama Gapura Candi Bentar. Bentuk bangunan tradisional Bali bentuknya sangat elok dan melambangkan agama mayoritas Hindu. Rumah adat Bali cukup mudah ditemukan di Pulau Dewata ini, karena masyarakat masih melestarikannya hingga saat ini. Ciri utama dari Candi Bentar adalah adalnya gapura di pintu masuk depan rumah. Rumah Adat Madura Rumah Tanean Lanjhan Suku madura terkenal sebagai suku pekerja keras dan sebagai perantai hingga seluruh nusantara. Disini terdapat rumah adat bernama Tanean Lanjhan. Meski hanya terpisah selat sempit dengan Pulau Jawa, namun arsitektur rumah Madura cukup berbeda. Rumah Adat Jawa Timur Rumah Joglo Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki kemiripan budaya, hal ini disebabkan pada masa kerajaan wilayah tersebut menjadi satu kesatuan kekuasaan Mataram. Termasuk pula dari segi desain rumah adat Jawa Timur Joglo. Rumah Joglo memiliki nilai seni yang tinggi, biasanya dibuat dari kayu jati yang terkenal akan kekuatan dan keawetannya. Hingga kini, kita dengan mudah dapat melihat rumah tradisional Joglo dihuni oleh masyarakat. Rumah Adat Jawa Tengah Rumah Joglo wajibbaca,com Rumah kuno Jawa Tengah saat ini masih menjadi acuan desain rumah di banyak tempat. Ketersedian hasil hutan berupa kayu Jati kerap dimanfaatkan warga untuk membangun rumah Joglo. Selain itu, desainnya yang menggambarkan kewibawaan khas Jawa terlihat kental. Rumah adat Joglo dapat dibagi menjadi beberapa ruangan tergantung fungsinya, misalnya ruangan pendopo untuk ruang tamu dan berada di depan. Kemudian bagian pringgitan atau ruang samping untu keluar dan masuk rumah melalui pintu samping. Ruang sentong untuk penyimpanan barang, serta gandok tengen dan gandok kiwo yang biasanya berguna untuk kamar tidur. Rumah Adat DIY Rumah Bangsal Kencono Yogyakarta merupakan provinsi yang menyandang status Daerah Istimewa. Wilayah ini dipimpin oleh Gubernur, yakni seorang Sultan. Tentunya, ini menjadi bukti bahwa kelestarian budaya di Jogja masih sangat dijaga. Termasuk pula rumah ada Bangsal Kencono yang menjadi identitas Jogja. Dulu, rumah ini adalah kediaman para raja dan bangsawan. Akan tetapi saat ini banyak warga biasa yang memiliki desain rumah serupa. Bangsal Kencono memiliki ruang-ruang yang melambangkan filosofi dan nilai-nilai kehidupan yang tinggi, karena diturunkan dari rumah keraton kasultanan Jogja. Rumah Adat Jawa Barat Rumah Sunda Masyarakat sunda memiliki rumah adat bernama Sunda sesuai suku mayoritas yang menghuni wilayah Jawa Barat. Rumah tradisional ini berdesain panggung namun tidak terlalu tinggi. Pada bagian depan terdapat tangga yang dinamakan gelodog. Tangga tersebut berguna untuk keluar masuk rumah. Bagian atap dibuat dengan berbagai penyebutan, seperti jelopong, perahu kurep, badak heuay, buka pongpok, tegong anjing, jubleg, dan apit gunting. Setiap bentuk atap memiliki ciri khas berbeda-beda. Rumah Adat Banten Rumah Badui Sebagian besar warga Banten adalah keturunan suku Baduy yang terkenal akan kehidupan sederhana selaras dengan alam. Rumah tradisional Badui berbentuk panggung rendah sekitar setengah meter dari tanah. Rumahnya dibuat dari anyaman bambu dengan atp dari bahan ilalang. Selain itu, tiang-tiangnya terbuat dari bambu dan kayu hutan. Di komunitas suku Badui, rumah adat Badui ini masih dilestarikan dan mudah dilihat. Rumah Adat Jakarta Rumah Kebaya Bentuk rumah adat Jakarta yang asli adalah rumah dari budaya Betawi. Rumah ini cukup unik dan mudah dikenali. Bentuknya sederhana dengan teras yang biasanya terdapat balai untuk beristirahat. Ruma kuno asal Jakarta ini mencerminkan adat budaya suku Betawi pada umumnya. Sayangnya, saat rumah tradisional Betawi sulit ditemukan di Jakarta. Seperti yang kita tahu, desakan lahan dan kepadatan penduduk menuntut bangunan-bangunan berubah menjadi lebih modern. Pembangunan Rumah Adat Pembangunan rumah tradisional di Indonesia umumnya dilakukan dengan dasar kerjasama dan prinsip gotong royong. Hal ini adalah kekuatan sekaligus nilai budaya yang harus senantiasa kita lestarikan. Google Images Kita dapat mengambil contoh budaya pembangunan rumah di Jawa Tengah yang masih mengenal istilah “sambatan”. Sambatan adalah sebuah bentuk permintaan tolong dari warga yang ingin membuat rumah atau merenovasinya kepada warga masyarakat sekitar. Semua akan saling tolong menolong, tanpa pamrih dan tidak dibayar sepeserpun. Ini merupakan wujud tradisi kebersamaan sesama manusia dalam hidup bermasyarakat yang masih kental akan adat budaya Jawa.
rumah adat di samping berasal dari provinsi