Surveidilakukan secara berkala melalui kerja sama dengan The Indonesian National Air Carriers Association (INACA). Bersamaan dengan survei kepuasan pelanggan tersebut, Angkasa Pura Airports juga melaksanakan program apresiasi pelanggan melalui berbagai kegiatan seperti penyelenggaraan thematic event pada hari-hari besar dan libur Apayang dimaksud dengan pameran? Pengertian pameran adalah suatu aktivitas yang melibatkan ruangan (galeri) dan memamerkan hasil karya seni seperti lukisan, ukiran, gambar foto, dan karya lainnya. Pameran adalah suatu kegiatan masyarakat yang dapat diselenggarakan oleh suatu organisasi independen dan terbuka untuk umum. NiWayan Anik Agustini, S.Pd. 19870802 201101 2 004. S1 Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik. 13. Anak Agung Mas Sriayuni Putra, S.Pd.B. 19880212 201101 2 003. S1 Pendidikan Bahasa Bali. Diposting oleh SLB Negeri 2 Denpasar di SemenGresik memberikan apresiasi kepada para komunitas. Kepala Unit Komunikasi dan CSR PT Semen Gresik, Dharma Sunyata, menekankan ajang SGCC 2021 ini sebagai momentum untuk berlomba-lomba mengejar kebaikan di bulan suci Ramadhan. “Melalui kegiatan ini, PTSG berharap dapat menginsprirasi dan mendorong komunitas untuk ikut ApresiasiMusik Nusantara. 12:38:00 AM. A. Pengertian Musik Nusantara. Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa Kegiatankegiatan yang dilakukan guru dalam suatu jam pengajaran itu haruslah bervariasi agar siswa tidak menjadi bosan. 2. Metode Pembelajaran Tari Metode yang digunakan dalam pembelajaran penataan tari bisa sangat bervariasi. Hal ini disebabkan setiap penata tari berhak menggunakan caranya sendiri dalam melakukan proses . ... membahas upaya-upaya konservasi terhadap tari tradisi, kami sekaligus juga ingin mendiskusikan pengembangannya dalam merespon perubahan zaman ini...Denpasar ANTARA - Tari Bali terancam punah? Rasanya sulit diterima nalar, namun itulah yang sedang dicarikan upaya konservasinya agar tari tradisi Bali yang terancam punah bisa lestari. Sejumlah pakar dari kalangan akademisi dan pemerhati kesenian sedang mengupayakan hal itu. Diskusi tersebut sebagai bagian dari kegiatan pelatihan atau pelatihan dan ekspresimentasi tari yang akan diselenggarakan di Bentara Budaya Bali BB Bali di Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, Kabupaten Gianyar, Selasa 24/1. Dr I Ketut Sumadi, penggagas kegiatan tersebut, dalam penjelasan yang disampaikan kepada ANTARA di Denpasar, Minggu menyebutkan, acara itu digelar sekaligus untuk memaknai sebelas tahun keberadaan Sanggar Lokananta. Pelatihan dan diskusi itu direncanakan menghadirkan pakar-pakar tari mumpuni, seperti dari kalangan akademisi ISI Denpasar serta pemerhati kesenian, guna memperbincangkan posisi dan masa depan tari-tarian tradisi Bali. "Selain membahas upaya-upaya konservasi terhadap tari tradisi, kami sekaligus juga ingin mendiskusikan pengembangannya dalam merespon perubahan zaman ini," ujarnya. Ketut Sumadi yang adalah penulis buku kumpulan esai "Tuhan di Sarang Narkoba, Weda di Ruang Tamu" yang belum lama diluncurkan itu menambahkan, perlu dirancang program-program sebagai upaya rekonstruksi terhadap tarian-tarian Bali klasik yang dianggap nyaris punah. BB Bali sangat mendukung program-program kebudayaan berupa workshop maupun diskusi sebagai sarana edukasi guna membuka ruang komunikasi publik sekaligus menjadi pusat kajian nilai-nilai kebudayaan serta kearifan lokal. Menurut Juwitta Katrina, staf BB Bali, pembicara dalam kegiatan tersebut di antaranya I Kadek Suartaya, dosen ISI Denpasar, kritikus seni tari, dan kandidat doktor kajian budaya Universitas Udayana. Kemudian Dr Drs I Wayan Suarjaya, dosen IHDN Denpasar, mantan Dirjen Bimas Hindu dan Budha Kementerian Agama RI, serta Dr Drs Ketut Sumadi, yang juga dosen IHDN Denpasar, pemerhati dan penggiat seni budaya Bali. Kegiatan tersebut rencananya dilanjutkan dengan pementasan ekspresimentasi tari oleh penari anak-anak dari Sanggar Lokananta dengan mengangkat konsep koreografi "back to nature", yang sudah biasa dibawakan di berbagai tempat. Sanggar yang berdiri tahun 2001 itu, kata Juwitta, dinilai telah menunjukkan dedikasinya dalam membekali generasi muda dengan nilai-nilai estetik dan etik tari Bali. Diawali dengan Tari Pendet dan Tari Garuda Wisnu, pementasan tersebut mengusung pertunjukan utama yakni lakon Ramayana Ballet Sendratari Ramayana. Tari Garuda Wisnu menggambarkan perjalanan Dewa Wisnu mencari Tirta Amerta dibantu oleh seekor burung Garuda yang setia. Tari yang ditampilkan pertama kali dalam Peksiminas 1997 di Bandung dan Pesta Kesenian Bali PKB XX 1998 di Denpasar itu diciptakan oleh I Nyoman Cerita pada tahun 1997. Sementara itu, Sendratari Ramayana mengisahkan pengembaraan Rama, Sita dan Laksamana di tengah Hutan Dandaka, kemudian mendapat godaan kijang emas siluman Patih Marica. Sita kemudian dilarikan oleh Rahwana, yang memicu perang antara Rahwana dengan Rama dibantu oleh sepasukan kera sakti. Sendratari ini diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1965. Menurut Wiwin dari Sanggar Lokananta, selain konsep menyatu dengan alam, pementasan kali ini bisa disebut sebagai pertunjukan kolosal, karena melibatkan banyak penari dan kesemuanya anak-anak. "Untuk tari pendet saja, yang biasanya hanya menampilkan delapan orang, kami kali ini mementaskannya dengan melibatkan 40 penari," ujarnya. *Editor Ade P Marboen COPYRIGHT © ANTARA 2012 Globalisasi dibangun dengan karakteristik ekonomi untuk mengintegrasikan bebagai elemen kehidupan kedalam system tunggal yang breskala dunia. Dengan demikian, maka akan terjadi eksploitas budaya local yang dikemas secara sistematis dalam bentuk komoditi kapitalis. Sesungguhnya hal ini merupakan ancaman terhadap keutuhan dan keaslian budaya lokal beserta pilar-pilar identitas yang membangunnya. Hal ini sangat nampak pada kesenian khususnya seni tari sebagai identitas budaya Bali, sehingga memerlukan revitalisasi terhadap tari Bali melalui konsensus bersama antara intelektual, seniman, tokoh-tokoh agama, beserta para pengusaha untuk merumuskan kembali kesenian dalam menghadapi era globalisasi. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Penjelasanmelihat,mendengar,menghayati,mengenal,dan memahami pertunjukan tari dari Balimaaf kalau salah Salah satu kandungan kekayaan di Indonesia adalah kekayaan manusia dalam bentuk budaya. Seni tari merupakan salah satu budaya yang dihasilkan dari pemikiran dan interaksi mansuia. Selain menyuguhkan keindahan dari lenggak lenggok badan, ada juga makna dari setiap gerakan. Di antara tarian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke adalah tari Bali. Tarian ini memiliki keunikan karena tidak selalu bergantung pada alur cerita. Tujuan utama penari Bali adalah untuk menarikan tiap tahap gerakan dan rangkaian dengan ekspresi penuh. Kecantikan tari Bali tampak pada gerakan-gerakan yang abstrak dan indah. Tari-tari Bali yang paling dikenal antara lain Pendet, Gambuh, Baris, Sanghyang dan Legong. Tari Bali sebagian besar bermakna religius. Sejak tahun 1950-an, dengan perkembangan pariwisata yang pesat, beberapa tarian telah ditampilkan pada kegiatan-kegiatan di luar acara keagamaan dengan beberapa modifikasi. Tari Bali Mendapat Pengakuan dari Masyarakat Internasional Perkembangan tari Bali ternyata tidak hanya diakui oleh masyarakat lokal, namun juga masyarakat internasional. Dalam konvensi Komite Antarpemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda pada 29 November hingga 4 Desember 2015 di Windhoek, Namibia, UNESCO mengakui tiga genre tarian tradisional di Bali, Indonesia, sebagai Warisan Budaya Takbenda setelah diusulkan sejak 2011. Di dalam konvensi tersebut yang diusulkan ada tiga bagian penting, antara lain Wali tarian sakral, Bebali tarian semi-sakral/upacara dan Balih-balihan tarian untuk tujuan hiburan. Mengutip buku Ensiklopedi Tari Bali karya I Made Bandem yang diterbitkan oleh Akademi Seni Tari Indonesia pada tahun 1983, tari Wali dan Bebali hanya dapat ditarikan di tempat dan waktu tertentu. Tari Wali dipentaskan di halaman bagian dalam pura dan tari Bebali di halaman tengah jaba tengah. Sebaliknya tari Balih-balihan ditarikan di halaman luar pura jaba sisi dalam acara yang bersifat hiburan. Dari ketiga genre tarian tersebut dapat diwakili oleh sembilan tarian. Oleh karenanya dengan menyaksikan tarian-tarian tersebut dapat menjadi representasi atas seluruh kehidupan masyarakat di Pulau Dewata. Tiga Kategori Tari Bali 1. Wali Genre tari Bali yang pertama adalah tari Wali. Tarian ini dilakukan pada setiap kegiatan upacara adat dan agama Hindu di Bali. Di Pura, tarian ini dipentaskan di area terdalam pura Jeroan. Tari Wali memiliki jenis tarian lain seperti Rejang, adalah tarian yang ditampilkan oleh para wanita secara berkelompok di halaman pura pada saat berlangsungnya upacara. Tari rejang memiliki gerakan yang sederhana dan lemah gemulai. Baris, jenis tarian pria, ditarikan dengan gerakan yang maskulin. Berasal dari kata bebaris yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok, berisi 8 sampai 40 penari. Pendet, adalah tarian pembuka upacara di pura. Penari yang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan sesajen. Gerakan Tari Pendet lebih dinamis dibanding Tari Pendet telah ditarikan untuk hiburan, terutama sebagai tari penyambutan. Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur-unsur kerasukan guna menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala. Barong adalah seni tari yang menceritakan pertarungan antara kebajikan dan kejahatan. Tokoh utama adalah barong, hewan mistik yang diperankan dua penari pria, seorang memainkan kepala dan kaki depan, seorang lagi jadi kaki belakang dan ekor. 2. Bebali Genre tarian ini banyak dipentaskan tepatnya di tengah halaman pura. Tari ini tidak boleh sembarang dimainkan karena ada unsur sakral di dalamnya. Namun meski demikian tarian ini tetap menghibur baik bagi masyarakat lokal maupun turis. Jenis tarian Bebali, antara lain Gambuh Klungkung, adalah sendratari Bali yang tertua. Musik, literatur dan kosakata yang digunakan dalam tariannya diturunkan dari periode Majapahit di Pulau Jawa. Pertunjukkan ini biasanya ditampilkan di pura pada saat hari-hari besar dan upacara. Topeng Sidhakarya/Topeng Pajegan Tabanan. Dilakukan oleh penari bertopeng untuk menetralisir roh jahat. Wayang Wong, Drama tari Buleleng. Menggabungkan tarian, drama epik, dan musik. 3. Balih-balihan Pada genre tari Bali yang ketiga adalah Baih-balihan. Jenis tarian ini tidak memasukkan unsur agama di dalamnya dan cenderung menonjolkan aspek menghibur. Penampilan tari ini dapat digelar di depan atau luar pura. Adapun jenisnya antara lain Janger adalah tarian pergaulan yang dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan. Penari putri mengenakan mahkota berbentuk merak berwarna emas dan hiasan daun kelapa kering. Sebagian besar tarian ditampilkan dalam posisi duduk, dengan gerakan-gerakan tangan, bahu dan mata. Kebyar atau kekebyaran dapat ditarikan secara solo, duet, trio, kelompok atau dalam sendratari. Tari ini diiringi dengan permainan gamelan gong kebyar. Legong adalah tarian yang diciptakan oleh Pangeran Sukawati berdasarkan mimpinya melihat bidadari. Penari legong yang berjumlah 3 orang menari mengikuti permainan gamelan semar pagulingan. Kecak adalah tarian beramai-ramai yang dibawakan di malam hari mengelilingi api unggun. Ditampilkan oleh seratus atau lebih pria sambil duduk, dipimpin oleh pendeta di tengah-tengah. Tari kecak tak diiringi musik, tetapi hanya tepukan telapak tangan yang memukul bagian-bagian dari tubuh agar menghasilkan suara. Mereka mengucapkan kata-kata "cak, cak, cak" untuk menghasilkan suatu paduan suara unik. Joged Bumbung Buleleng. Tarian sosial populer oleh pasangan, selama musim panen atau pada hari-hari penting. Demikianlah genre tari Bali beserta jenis tariannya yang bisa menjadi salah satu unsur keagaamaan dan budaya sekaligus hiburan bagi masyarakat. Seni budaya, adat dan agama yang dianut sebagian besar masyarakat Bali merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan memberikan arti, fungsi dan makna dalam tata keagamaan di Pulau Dewata. Aktivitas ritual secara umum yang nampak adalah budayanya, seperti pada saat piodalan di Pura, baik seni sastra, seni tabuh kerawitan, seni tari, seni kidung dan merangkai janur jejahitan banten. Seni budaya memang selalu mengiringi aktivitas ritual baik dalam bentuk Panca Yadnya, maupun keagamaan lainnya, sehingga seni tari menjadi aktivitas yang menunjang kegiatan keagamaan dan budaya masyarakat di Bali. Tumbuhnya seni budaya pada awalnya merupakan kreativitas yang dipersembahkan kepada Sanghyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai wujud bhakti, tutur Dosen Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri IHDN Denpasar Dr I Wayan Suarjaya, MSi. Mantan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI itu menjelaskan, seni tari merupakan bagian dari hasil kreativitas budaya yang dijiwai oleh nilai-nilai agama. Seni sakral adalah karya seni yang berkaitan dengn aktivitas keagamaan yang mempunyai nilai filosofis tinggi, mengandung suatu kekuatan magis religius dan berkaitan dengan ritual. Seni sakral hanya dipentaskan pada waktu tertentu, yakni hari-hari yang mempunyai hubungan dengan ritual keagamaan tertentu. Seni tari pada awalnya merupakan seni yang dipersembahkan kepada sang Pencipta, sebagai penghormatan tertinggi kepada Tuhan. Gerak tari yang menyuguhkan estetika budaya dalam bingkai religius Hindu tetap menarik untuk dinikmati, sehingga Bali sebagai daerah tujuan wisata itu mampu menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri. Dr I Wayan Suarjaya yang juga pengurus komunitas pengkajian agama, budaya dan pariwisata Bali menjelaskan, kegiatan ritual dapat menumbuhkan perasaan seni yang sangat mendalam kepada masyarakat yang mendalami bidang seni pahat, gamelan, lukis, tari dan seni hias. Kesenian apa pun bentuknya pada dasarnya merupakan hasil aktivitas budaya dalam wujud ekspresi dan kreativitas seniman. Seni hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman, kesenian tidak akan bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya senimannya. Dengan demikian menjadi sebuah ekspresi yang memancarkan naluri seseorang dalam menggelutinya, sehingga menimbulkan rasa estetis baik kepada pencipta, pelaku, maupun penikmatannya. Sentuhan seni yang mampu menghaluskan jiwa, sehingga kegiatan adat, budaya dan agama yang diwarisi masyarakat Bali secara turun temurun mampu menanamkan nilai-nilai budaya tradisi Bali. Kerinduan Ingin Bertemu Dr I Wayan Suarjaya, pria kelahiran Tabanan itu menjelaskan, dalam aktivitas keagamaan dan budaya mengandung rasa bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri. Seniman ingin menjadi satu dengan seni itu sesungguhnya setiap insan di dunia ini adalah percikan dari seni. Melalui sifat religius masyarakat dan ajaran agama yang universal dan semua penganut dapat mengekspresikan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahkan berbagai gerakan tari dikaitkan dengan pemujaan serta bentuk dan fungsi ritual yang dilaksanakan seperti ritual Dewa Yadnya dengan mementaskan tari Pendet, Rejang, Baris dan sejenisnya, Sedangkan untuk ritual ngeruwat melukat mementaskan kesenian wayang Sapuleger dan wayang Lemah. Dengan demikian banyak tumbuh berbagai jenis kesenian yang memang ditujukan untuk suatu pemujaan tertentu, atau juga sebagai pelengkap dari pemujaan tersebut. Selain itu juga berkembang seni pertunjukkan yang sifatnya menghibur. Melalui kebebasan berekspresi dalam rangka pemujaan maupun sebagai pendukung dari suatu ritual tertentu, maka di Bali ada digolongkan menjadi dua buah sifat pertunjukkan atau seni, yakni seni wali yang disakralkan dan profan yang hanya berfungsi sebagai tontonan atau hiburan. Seni tari dalam perspektif Hindu di Bali mempunyai kedudukan yang sangat mendasar, karena tidak dapat dipisahkan dari aktivitas keagamaan dan budaya masyarakat di Bali. Tempat suci pura maupun candi yang dibangun begitu indahnya sebagai ungkapan rasa estetika, etika, dan sikap relegius masyarakat. Seniman pregina dengan penuh semangat "ngayah" atau menari tanpa pamerih mempersembahkan kesenian tersebut sebagai wujud aktivitas keagamaan dan budaya bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dr I Wayan Suarjaya yang pernah menjabat Ketua STAHN Denpasar yang statusnya kini ditingkatkan menjadi IHDN Denpasar itu menambahkan, aktivitas keagamaan dan budaya yang ditunjang oleh seni tari disebut dengan tari sakral. Tari sakral atau tari wali merupakan tari yang dipentaskan dalam rangka suatu piodalan atau yadnya dan penarinya disucikan secara ritual terlebih dulu. Kesucian tarian tersebut terdapat pada peralatan yang dipergunakan seperti tari pendet yakni pada "canang sari", "pasepan", dan "tetabuhan" yang dibawa. Demikian pula tari Rejang kesucian itu pada gelungan perhiasan kepala serta benang penuntun yang dililitkan pada tubuh penari khusus rejang renteng. Topeng Sidakarya pada bentuk tapel, kekereb, beras sekarura, dan lain-lainnya, mempunyai nilai-nilai filosofis yang tinggi. Kegiatan ritual yang disertai dengan topeng Sida Karya, sebagai simbul suksesnya kegiatan itu sida karya bermakna untuk menyempurnakan sebuah yadnya pengorbanan suci, tutur Dr I Wayan Suarjaya. LHS

kegiatan mengapresiasi tari bali dilakukan melalui